Menanamkan kebiasaan baik kepada anak-anak, bukanlah perkara mudah dan instan. Apalagi saat mereka masih balita. Butuh perjuangan dan konsistensi pastinya, agar hal-hal yang kita ajarkan bisa benar-benar mereka pahami. Sebagai orangtua, saya pun mengalami hal seperti ini. Saya dan suami harus bolak-balik memberitahu Kevin dan Rafael untuk mengingat ini dan itu, melakukan A, B, atau C, dan memberikan contoh langsung supaya mereka mengerti apa yang saya maksud.

Saat bertemu dengan teman, saya menyalami dan mengucapkan salam. Anak-anak akan saya bimbing untuk melakukan hal serupa. Tujuannya supaya mereka tahu bagaimana melakukannya dengan benar. Selain itu, saya juga menjelaskan apa sih pentingnya memberi salam kepada orang lain saat bertemu. Meski awalnya nggak paham dan terkadang menolak, perlahan mereka bisa ngerti kok. Apalagi setelah masuk usia sekolah, di mana peran serta pendidik juga sangat membantu dalam membentuk karakter mereka.

Nah, salah satu hal baik lain yang sedang saya coba tanamkan pada Kevin kecil adalah gemar menabung. Hal ini bukan tanpa alasan. Akhir-akhir ini dia sering merajuk minta dibelikan mainan. Hampir setiap minggu, Kevin merayu saya dan papinya mainan baru, padahal mainan di rumah masih ada dan layak pakai. Beberapa kali, dia menurut saat saya melarang dengan alasan mainannya masih banyak dan bagus-bagus. Tapi, yang namanya bocah, tetap saja ada saatnya berulah. Sekali dua kali, omongan saya masih mempan. Giliran yang ketiga, Kevin keukeuh surekeuh minta sebuah helikopter. Drama pun dimulai. Dengan gaya andalan, dia meraung dan berguling di lantai. Setelah beberapa saat nggak bisa dikendalikan, akhirnya kami menyerah dengan syarat. Hehehe … (((syaratt)))

 

Trus apa sih syarat yang kami ajukan?

Menabung.

Ya, kami menyetujui permintaan Kevin untuk membeli mainan baru dengan syarat dia harus belajar menabung. Uang yang dikumpulkannya nanti akan kami pakai untuk membeli mainan yang dia mau. Memang sih, konsep ini nggak sepenuhnya dia mengerti. Ya maklum lah Moms, dia masih balita 4 tahun yang nggak tahu banyak soal dunia ini. Eaa….

Walau demikian, kami tetap mengajaknya menabung untuk mewujudkan keinginannya itu. Meski hanya menabung uang recehan, paling nggak kami bisa mengenalkan banyak hal sekaligus kepadanya. Di antaranya:

Angka

ANAK MENABUNG

pixabay.xom

Dengan menabung, Kevin belajar menghitung. Hal ini tentu saja berkaitan dengan penggunaan angka, bukan? So, sambil menabung saya mengajarkan konsep angka ini dengan cara yang menyenangkan.

 

Uang

ANAK MENABUNG

pixabay.xom

Selain mengenalkan konsep angka, Kevin juga belajar tentang konsep uang. Walaupun belum sepenuhnya mengerti, paling tidak dia tahu bahwa untuk membeli sesuatu dia harus membayar sejumlah uang.

 

Kepercayaan (Trust)

ANAK MENABUNG

pixabay.com

Sangat nggak mudah bagi balita untuk menaruh kepercayaan pada seseorang. Mereka perlu merasa nyaman dan aman. Nah, dengan menabung ini dia belajar percaya pada orangtuanya bahwa dia akan mendapat apa yang diminta, setelah menabung sesuai dengan syarat yang diajukan. Hal ini sekaligus membangung trust dan family bonding antara anak dan orangtua.

 

Kesabaran

ANAK MENABUNG

pixabay.com

Menabung untuk membeli sesuatu sering kali membuat kita harus menunggu. Di sinilah diperlukan kesabaran yang tinggi. Nggak gampang lho, menumbuhkan kesabaran dalam diri anak. Dengan melatihnya sejak kecil, kita sebenarnya sedang membentuk pribadi yang penyabar dan mau melewati proses.

 

Baca juga : Cara Asyik Main bersama ABEGE
             Cara Bijak Memahami Anak

Nah, banyak kan pelajaran yang bisa dikenalkan pada balita lewat aktivitas menabung ini, Moms? Sekarang, setiap menemukan uang koin, Kevin langsung mengambilnya dan memasukkan ke dalam kotak tabungannya. “Aku mau beli mobil-mobilan pake uang ini besok, ya…” ocehnya. Nggak jarang, dia juga meminta uang kepada saya atau papinya untuk ditabung. Nggak ada lagi ceritanya dia minta uang untuk jajan. Hehe..

Oya, saya nggak berhenti sampai di sini, loh. Rafael, anak pertama saya, juga nggak luput dari “sasaran” pendidikan menabung keluarga kami. Berhubung dia sudah ABG, konsep yang kami kenalkan tentunya berbeda dengan Kevin. Rafael nggak lagi menabung di celengan atau di kotak tabungan seperti adiknya. Dia mengumpulkan sisa uang jajannya di sebuah dompet khsus dan secara berkala menyerahkannya kepada saya untuk ditabung di rekening bank atas namanya.

 

Sebagai mantan bankir terkenal *uhuk*, saya tahu pentingnya menabung di lembaga yang kredibel seperti bank. Dibanding dengan menabung di rumah, menyimpan uang di bank jauh lebih menguntungkan. Kenapa? Karena di sana kita bisa mendapatkan beberapa proteksi sekaligus, misalnya:

Jaminan keamanan

ANAK MENABUNG

pixabay.com

 

Banyak orang enggan menabung di bank karena takut uangnya hilang, berkurang atau tidak bisa diklaim saat terjadi sesuatu yang nggak diinginkan. Mommies tentu ingat dong  krismon tahun 97-98 lalu? Saat itu ada sekitar 16 bank yang collapse dan nggak bisa mengembalikan dana nasabah. Hal inilah yang memicu timbulnya kekhawatiran masyarakat untuk menabung di bank. Padahal ya Moms, menabung di rumah atau tempat lain juga nggak kalah berisiko loh. Justru dengan menaruh uang kita di bank, kita mendapatkan jaminan keamanan.

 

anak menabung

wikipedia.com

 

Tahun 2004, pemerintah RI mulai membentuk sebuah badan penjamin dana masyarakat yang diberi nama LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Lembaga ini berdiri di bawah naungan UU no 24 Tahun 2004, dan resmi beroperasi setahun berikutnya, yakni 2005.

anak menabung

Sumber: lps.go.id

 

Nah, dengan adanya LPS ini, semua nasabah perbankan dilindungi keamanannya. Total ada 1.891 bank umum dan BPR yang ada di bawah LPS ini. So, nggak perlu takut lagi untuk nyimpen uang di bank, dong? Hal inilah yang saya tanamkan pada anak-anak sejak dini. Nggak mau kan, kalau uang simpanan di rumah tiba-tiba hilang, nggak sengaja terbuang, atau rusak dimakan rayap?

Cepat dan aman bertransaksi

ANAK MENABUNG

pixabay.com

Sebagai nasabah bank, kita juga lebih cepat dan aman dalam bertransaksi. Apalagi sekarang jaman internet canggih ya, Moms. Mau beli apapun lebih sering lewat online. So, kalau nggak punya rekening di bank, gimana mau beli online? Bisa aja sih belanja offline gitu, tapi buat emak-emak super rempong seperti saya ini, prefer belanja online aja dah. Nggak perlu repot ke mana-mana bawa buntut, keliling-keliling, ngantri di kasir, dan ribet kalau anak sudah pada rewel karena capek. Hehe..

 

Banyak compliment

pixabay.com

Selama bertahun-tahun menjadi nasabah bank, saya sudah sering banget dapat compliment loh. Mulai dari sekadar souvenir, potongan harga untuk membeli barang di toko tertentu, hingga penawaran-penawaran menarik lainnya yang pasti nggak bisa saya peroleh kalau nabung di celengan gambar jago. Mayan banget kan? *mamakdoyangratisan*

 Nah, sekarang di Sulung lagi rajin-rajinnya nabung nih. Dia mau beli satu set PC untuk mewujudkan impiannya belajar videografi dan digital music. Passion dan talentanya memang sangat menonjol di kedua bidang itu. So, saya sebagai orangtua hanya bisa mendorong, mendukung, dan memfasilitasi menggapai impian besarnya. Sampai hari ini, dia sudah menabung selama hampir satu tahun dan nggak pernah seharipun bolong lho. Bangganyaaa….

Oya, si Kakak juga punya tabungan pendidikan hasil menang lomba sebuah produk makanan ringan beberapa waktu lalu. Dana pendidikan itu kami simpan selama hampir dua tahun sebelum akhirnya dipakai sebagai biaya masuk sekolah menengah impiannya. Lumayan loh, ada bunga yang bikin tabungannya makin banyak. Hal ini tentu saja membuatnya makin seneng nabung di bank. Sekarang, giliran adiknya yang belajar menabung sejak kecil.

Seru ya Moms, melatih anak untuk konsisten seperti ini? Kalau Mommies gimana, punya cerita inspiratif bikin anak gemar menabung? Sharing yuk di kolom komentar!

 

 

Thanks for reading!