Hola!

Nggak kerasa ya udah wiken lagi. Ini artinya, kita bisa narik napas lega dikit sebelum minggu depan hectic lagi ama kerjaan dan rutinitas harian. Jumat sore ampe minggu malam biasanya banyak keluarga yang jalan-jalan, sekedar melepas penat atau nongkrong cantik sama orang-orang tercintah.

Sama kayak saya. Biasanya malem minggu atau minggu siang, kami abiskan waktu cari tempat makan yang cozy. Nggak melulu ke kafe sih, kami juga sering ngabisin waktu nge-jam di tempat makan sederhana. Untungnya anak-anak nggak terlalu ribet soal makan. Yang penting tempat duduknya enak, makanannya yummy dan nggak sumuk alias fanasss.

Seperti beberapa waktu lalu saat kami menyambangi salah satu kedai kopi di daerah Prambanan. Hihihi… jangan bosen ya. Kami emang coffee lovers. So, salah satu syarat tempat makan yang biasanya kami datengin ya harus ada menu kopinya. Tengok aja postingan saya saat makan di Kopi Klotok, Cengkir Heritage, Raya’s Kitchen, atau Kopi Purnama. Sebenernya masih ada banyak tempat ngopi yang kami kunjungi, Cuma belum sempet aja mau ngereview di sini. *keplak diri sendiri*

Tapi, kami juga nggak saklek-saklek amat kok. Berhubung bawa geng krucils, maka syarat utama yang harus ada yaitu tempatnya nyaman, ada no somoking areanya, ada makanan non-spicynya, dan nggak terlalu bising. That’s it.

Kebetulan, kedai kopi yang satu ini memenuhi kriteria di atas. Namanya Wedang Kopi Prambanan. Setelah ratusan purnama tanya-tanya ke beberapa temen dan mbah gugel, kayaknya tempatnya memang asik dan worth it untuk disambangin. Oke deh fix, geng krucils berangkat.

 

Table of Contents

Lokasi

Seperti namanya, Wedang Kopi Prambanan ini emang berlokasi di daerah Prambanan yang letaknya di sebelah timur pusat kota Jogja. Untuk sampai ke sana nggak sulit, kita cukup menyusuri jalan Laksda Adi Sucipto ke arah Solo, ngelewatin bandara dan candi Prambanan, lalu terus ke arah timur sekitar 500 meter.

Berhubung belum pernah ke sini, kami sempet salah jalan. Jadi, seharusnya setelah ngelewatin kompleks candi Prambanan, kami masih lurus sampai nemu pertigaan jalan Manisrenggo baru belok kiri, tapi kami malah langsung belok pas di lampu merah setelah candi. Jadilah kurang maju satu ruas jalan. Untungnya ada jalan tembus lagi yang bisa kami lewatin. Berbekal petunjuk simbah, kamipun sampai di venue dengan selamat. Yeay!

Meski nggak sulit untuk sampe ke sini, lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota kayaknya bikin agak ribet untuk para wisatawan luar kota yang enggak bawa kendaraan pribadi. Kalau mau pake ojol, ratenya sekitar 70 ribuan dari pusat kota.

 

Interior

Dengan antusias, kami langsung cuss masuk ke ruang utama resto yang berbentuk joglo. Meski di luar panas banget, pas masuk ke joglo langsung adem hawanya. Kanan kirinya sawah, jadi banyak angin yang bikin suasana di dalam lumayan sejuk.

 

Wedang kopi prambanan

 

Selain joglo, di bagian dalam terdapat banyak saung/gazebo yang bisa dipakai pengunjung. Uniknya, saung-saung itu dibuat dengan ornamen yang antik. Ornamen ini mengingatkan saya sama kandang sapi dan kambing di rumah simbah kakung yang sering saya sambangi waktu kecil. Hehehe.. jadi kalau makan di sini, berasa jadi sapi kali ya? *ups*

 

Wedang kopi prambanan

Area panggung

 

Oiya ada juga semacam panggung kecil yang rindang di tengah-tengah area resto ini. sepertinya, biasa dipakai untuk live music di waktu-waktu tertentu. Sayang, saya nggak sempet nanya sama pelayan, jadwal live musicnya kapan. Soalnya anak-anak udah kelaparan.

 

Wedang kopi prambanan

 

Ada juga kolam ikan yang menghubungkan joglo dengan ruangan di belakangnya yang dipakai untuk area barista, prasmanan dan kasir. Ada banyak ikan hias yang dipelihara di sini. Anak-anak pasti seneng deh diajak liat ikan.

 

Wedang kopi prambanan

Area hall di bagian belakang

 

Di bagian paling belakang ada hall yang cukup besar dan bisa menampung puluhan orang. Sepertinya cucok untuk rombongan yang pengen ngadain acara bareng gitu. Di area tengah juga terdapat toilet yang cukup bersih dan nggak bau. Ini penting banget buat pengunjung macam saya yang suka rempong sama kebersihan toilet. Maklum, bawa anak bayik bu!

Rumah makan ini mengusung konsep klasik. Hal ini keliatan banget dari pemakaian furnitur dan ornamen-ornamen lain yang sangat Njawani. Mulai dari meja kursi kayu yang antik dan ndeso, kursi goyang di bagian depan joglo, sampai jenis makanan yang disajikan.

 

Wedang kopi prambanan

Nyantai di kursi goyang 😁

 

Sepanjang kami nongkrong di sini, ada musik yang terus mengalun dari speaker yang tersebar di beberapa titik. Nah ini yang bikin betah. Sambil nikmatin makan, semilir angin, dan musik adalah perpaduan sempurna. Cocok deh kalau buat bawa keluarga atau kolega, bahkan klien kantor yang suka dengan casual meeting.

 

 

Dari beberapa kedai kopi yang kami kunjungi, Wedang Kopi Prambanan adalah salah satu yang cukup nyaman suasananya. Cukup recommended deh pokoknya. Kalo mau dapet suasana lebih asik, kayaknya dateng agak sorean lebih oke deh. Soalnya bakalan ada permainan lampu di sana sini yang pastinya pas banget buat instagram lovers.

 

Menu

Sesuai konsep klasiknya, menu makan di tempat ini cukup ndeso. Mulai dari sego abang, jangan lombok (sayur tempe plus cabai), gudeg nangka, gudeg manggar, oseng pakis, oseng jantung pisang, daun pepaya, ayam goreng kampung dan kota, sampai sayur sop dan aneka lodeh.

Lauknya juga ada aneka pepes, tahu tempe goreng dan bacem, ikan, perkedel jagung, dan aneka sambal sebagai pelengkap. Semua menu ini disajikan di sebuah meja kayu yang panjang yang berada tepat di tengah ruang tengah.

 

 

Selain menu berat, kita juga bisa memesan aneka kudapan yang masih bertema ndeso. Seperti mendoan, pisang goreng, atau singkong goreng. Semuanya enak. Sayang, karena datengnya agak kepagian, ada beberapa menu yang belum ready. Contohnya pisang goreng yang kata mas pelayannya belum bisa diorder. Hiks .. padahal si papi ama anak-anak paling syukak sama pisgor ini.

Oke deh, berhubung menu sampingan belum pada ready, saya ama anak-anak cuss makan aja. Si papi pilih ngopi dulu sambil pesen mendoan.

Oya Moms, enaknya di sini  tuh kita bisa ambil nasi plus 3 macam sayur sebagai compliment. Sepaket nasi seperti ini dihargai 12 ribu sajo. Saya pilih ambil nasi merah dan sedikit nasi putih buat si adek, sayur sop, sama oseng daun pepaya yang ternyata nggak pait. Lauknya saya pilih telur dadar krispi yang terlihat menarik. Si kakak pilih ayam goreng kampung, sama tempe garit. Untuk minumnya, saya pilih es jeruk nipis dan teh hangat untuk Kevin. Sementara kakak pilih milk shake cokelat.

 

 

Meski makanan Jawa, tastenya nggak terlalu manis kok. Jadi masih tolerable untuk lidah kita yang nggak terlalu suka manis. Sambalnya juga cukup yummy. Telur dadar di sini, lebih montok dan lezat dibandingkan di Kopi Klotok atau Bukan Kopi Luwak. Kami aja ambil 1 biji bisa cukup untuk makan saya, Kevin dan masih dicolek ama si kakak. Kalau di warung sebelah, ambil 2 biji aja masi kurang dimakan sendiri hehehe.

 

Wedang kopi prambanan

Telur krispinya gendut

 

Oya, selain menu prasmanan tadi, ada juga menu paket. Tapi setelah saya liat-liat sih, menu paket yang ditawarkan nggak beda jauh harganya ama kalau kita ambil sendiri. So, nggak terlalu nendang kata saya mah. Selain itu, menu paket ini juga harus direservasi dulu sebelum kedatangan.

 

Harga

Over all, harga makan di sini cukup lumayan. Untuk makanan dan cemilan, menurut saya sih murah. Tapi, minumannya justru dibanderol lebih mahal. Sebagai contoh, secangkir kopi dihargai 20 ribuan. Sedangkan es teh dan jeruk masih di angka 7 – 10 ribuan. Sebagai perbandingan, di warung kopi lain kita bisa dapetin harga sampai setengah dari harga di tempat ini. Tapi menurut saya sih wajar mengingat sang pemilik memakai mesin barista untuk mengolah kopi. So, it’s ok aja sih. Lagian kita bisa ber-WiFi ria sambil popotoan atau sekedar duduk santai sambil leyeh-leyeh berjam-jam di sini. Kebetulan, waktu itu warung cukup sepi jadi kami nggak diusir sama pelayan. Wkwkwk..

Untuk makan siang hari itu, kami merogoh kocek 150 ribu. Kayaknya kalau jajan di mol juga bakalan abis yes, Moms? So, nggak beda jauh sih, kecuali kalau kita jajannya ngemper di kali lima or ngebaso di pinggir jalan.

Jadi, mau ke sini kapan, Moms? Colek-colek ya kalau pas di Jogja.