Hola, Mommies kesayangan!

Apa kabar? Udah mau masuk minggu kedua tahun ini ya?

Sebenarnya saya udah udah pengin banget menulis sejak beberapa hari yang lalu. Tapi, mungkin karena kecapekan liburan kemarin, asam lambung saya meroket dan jadilah saya diare … hiks. Jangankan nulis, untuk tidur saja rasanya sulit. Drama asam lambung ini bikin saya lemas dan gak bisa aktivitas normal. Untungnya sudah dua hari ini lambung mulai bersahabat.*eaaa jadi curcol 😁*

Mengawali tahun baru ini, saya pengin flash back dikit ah. Mencoba mengingat dan menuliskan apa saja sih best moments yang buat saya nancep banget. Curhatan cerita soal liburan kemarin skip dulu ya hehehe. Saya akan segera merekap dan menuliskannya beberapa hari ke depan. Asik banget deh pokoknya . Tungguin aja cerita saya ke Lembang, Kota Tua, Monas daan… mana lagi ya? *spoiler*

Well, 2018 adalah salah satu tahun terbaik dalam hidup saya. Bukan saja karena saya berhasil menjuarai beberapa kompetisi menulis, tapi juga karena saya mulai go public lagi setelah bertahun-tahun β€œterpenjara” di balik sangkar emas. *gilak bahasanya ajib*

Oke, nggak usah berlama-lama ah. Saya akan membagi my best moments ini dalam beberapa kategori. Ciye, udah kayak acara award di tipi ya? Siaaap?

  1. My personal life

Bagi mereka yang sudah mengenal saya, biasanya akan bilang saya ini orangnya hangat, supel dan β€œterlihat” ceria. Suka ngobrol, nyablak, dan terkadang bercanda meski sering kali garing. Oya, saya juga suka tampil dan menjadi pusat perhatian. Tapi, seiring dengan β€œkepulangan” saya ke rumah dan menjadi full time mommy, hidup saya berubah begitu drastis. Berada hampir 24 jam di ranah domestik membuat saya kehilangan banyak waktu untuk bersosialisasi. Boro-boro punya temen, keluar rumah saja saya nggak bisa.

Dari situlah saya mulai bisa merasakan ada yang berubah. Saya nggak lagi punya teman curhat, apalagi haha hihi di kafe, nongkrong sana sini atau chatting dengan teman secara online. Saya lebih banyak diam, sibuk dengan pikiran sendiri dan akhirnya galau tingkat dewa.

Perlahan, saya mulai introspeksi diri dan mencoba berdamai dengan keadaan. Saya sadar ini adalah pilihan yang saya ambil dengan kemauan sendiri. Saya tahu sejak awal konsekuensi apa yang akan saya terima saat memutuskan menjadi full time mommy. Bahkan saya sudah menuliskannya dalam buku pertama saya Smart Mom, Happy Mom. Sejak itu, saya mulai berusaha merubah mindset dan menyetel alarm bahagia dalam otak. Meski nggak mudah, saya terus berjuang.

Dan tahun 2018 yang lalu saya mulai bisa menerima semuanya dengan (benar-benar) ikhlas. Menemani anak-anak, menjalani kehidupan sebagai ordinary mom, pakai sandal jepit ke mana-mana, ketemu dengan mantan teman sekolah tanpa beban, dan .. you know lah. Hal-hal sepele yang sebelumnya membuat saya tertekan dan kadang down, perlahan mulai bisa saya terima tanpa protes.

Apalagi saat anak-anak makin besar, saya mulai bisa enjoy berkomunikasi dengan mereka. Terlebih saat papinya nggak di rumah, saya harus bisa menjadi single figther yang andal. Akhirnya saya sadar bahwa inilah maksud Tuhan kenapa saya harus kembali ke rumah.

Kasihan juga kan anak-anak, seandainya kedua ortunya sibuk sendiri? So, my best moment adalah saat bisa membersamai anak-anak bertumbuh besar dengan segala kerempongannya. Full 100 persen ada untuk mereka.Β 

 

  1. My writing passion

Sejak 2016 lalu, saya memutuskan menjadi penulis dan mulai aktif di beberapa komunitas menulis. Nyatanya beberapa kali saya masih merasa kurang percaya diri dan sering minder plus ngiler melihat pencapaian orang lain. Namun, tahun lalu saya seperti mendapatkan banyak energi positif. Saya mulai melirik dunia baru yakni blogging. Meski sudah menulis blog sejak 2012, tapi saya hanya menjadikannya semacam diary dan isinya pun kebanyakan curhatan geje dari emak-emak galau. Hahaha. *tutup muka pakek bantal*

Sejak menjuarai salah satu kompetisi blog di akhir tahun 2017, saya makin yakin untuk serius menjadi blogger. Karena itu, tahun 2018 saya nekat ikut banyak lomba blog hanya untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa saya BISA.

Puji Tuhan, sepanjang tahun 2018 saya berhasil menjuarai 10 kompetisi menulis blog. Termasuk salah satu di antaranya adalah proyek Kementerian Informasi dan satu lagi proyek Pemda Jember. Jangan tanya berapa banyak lomba yang saya ikuti ya hahaha. Nyesek ntar kalau saya bilang. Intinya mah, saya berhasil menantang diri sendiri dan memberi penghargaan sama diri saya.

Mungkin bagi sebagian blogger, saya terlihat ngoyo lah, napsuan lah, ambisius lah, apa lah… saya mah cuek bebek. Saya benar-benar menantang diri untuk all out dalam dunia ini. Toh, masing-masing orang punya prinsip sendiri-sendiri kan?

Masih di tahun lalu, profil saya nampang di sebuah halaman buletin rohani. Meski bukan majalah kelas nasional, saya sungguh bahagiyak bisa menjadi berkat dan berbagi tentang dunia menulis buat pembaca.

Di dunia perbukuan, saya juga hepi banget waktu buku kedua saya terbit. Masih bergenre parenting, buku berjudul Great Mom, Strong Son ini akhirnya terbit setelah menunggu sekitar setahun proses di penerbitan.

Kejutan tak terduga (ya iyalah tak terduga hahaha) datang dari penerbit yang tiba-tiba nawarin event launching buku ini di Bandung. Ah… itu mah rejeki nomplok banget. Pas saya mau mudik ke Bandung, pas ada tawaran ini. Ya udah, cuss saya ambil deh momentnya.

Daan another surprising moment adalah saat saya di-wapri salah satu Area Store SPV Gramedia bahwa buku ini masuk dalam jajaran top 10 buku terlaris bulan Desember 2018. Wowww!! Jingkrak-jingkrak boleh dong πŸ˜€

 

  1. My daily life

Hampir 5 tahun saya terpenjara dalam sangkar emas, tahun 2018 saya mulai bisa menghirup udara segar lagi. Sejak Kevin masuk sekolah, praktis saya harus mengantar dan mendampinginya. Di situlah saya mulai merasakan indahnya dunia, bergaul dengan manusia nyata lagi. Hahaha norak yak?

Nggak hanya itu, saya pun berhasil memaksa diri untuk melakukan hal yang sama sekali baru dan menantang: menyetir mobil SENDIRIAN. Wuiiih mantab rasanya. Saya -yang nggak muda lagi- harus berjuang mengalahkan ketakutan dan meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja. Meski awalnya diwarnai dengan insiden keringat segede jagung dan mual mules berhari-hari, akhirnya saya bisa melewatinya. Yeay, I finally made it!!

Tahun 2018 juga saya jalani dengan lebih happy bersama keluarga. Saya mulai bisa memiliki family time yang menyenangkan, pergi ke tempat-tempat yang indah, berwisata kuliner, menjelajah ruang dan waktu bersama 3 lelaki hebat. Saya mulai bisa tertawa lebar lagi, mensyukuri segala nikmat pemberian-Nya yang luar biasa.

 

Tuhan memberkati kami dengan kesehatan, kebahagiaan dan materi yang luar biasa. Meski kami bukan keluarga konglomerat, jalan-jalan kami masih sekitaran rumah, mobil kami bukan keluaran terbaru, tapi kami bahagiyaak.

Doa saya, semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih luar biasa. Kiranya berkat dan penyertaan Tuhan terus bersama saya dan keluarga. Dan kami bisa mengukir best moments baru yang lebih dahsyat. Amin…..

Bagaimana dengan kalian, teman-teman?

Doa terbaik untuk kita semua ya.

God Bless Us.