155!! What??

Mata saya terbelalak melihat hasil tes gula darah sewaktu di suatu pagi. Terlahir tanpa riwayat diabetes, keterkejutan saya rasanya tak berlebihan mengingat selama ini saya nggak pernah memiliki masalah kesehatan yang serius, kecuali alergi waktu masih kecil hingga remaja dan serbuan virus DBD plus thypus di tahun 2006 lalu.

Di tengah ketakutan yang makin membuncah, saya memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan ahli medis dan membaca banyak informasi di jagad maya. Selain itu, saya juga mulai mengatur pola makan dan memperbaiki gaya hidup. Untunglah, setelah beberapa bulan kadar gula darah saya kembali normal dan masih terus saya jaga hingga sekarang.

Dalam istilah medis, kondisi yang saya alami itu biasa disebut prediabetes. Sebuah keadaan di mana kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal, tapi belum terlalu tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Tanpa dibarengi treatment yang benar, prediabetes bisa menjadi diabetes tipe 2. Wih, ngeri juga ya, Moms.

Usut punya usut, waktu itu saya lagi suka makan nangka. Pohonnya sedang berbuah di halaman. Nangka ini memang salah satu buah yang mengandung kadar gula alami yang cukup tinggi. Kebayang dong, buah nangka matang pohon yang super besar itu dihabiskan berlima. Jadi, salahkan nangkanya ya, pak dokter. #halah.

Meski bukan pembunuh nomor satu, DM tetap mencajadi ancaman serius bagi manusia. Eskalasi jumlah penderita penyakit yang dikenal sebagai “ibu segala penyakit” ini terus meningkat. Itulah sebabnya, seluruh dunia sigap menyikapi fenomena ini. Dalam sebuah penelitian, terungkap bahwa pertambahan jumlah penderita diabetes tipe 2 di seluruh dunia mulai mengkhawatirkan.

Negara kita enggak luput dari ancaman penyakit yang satu  ini. Sebuah fakta yang cukup miris menunjukkan, Indonesia menempati urutan ke-7 jumlah penduduk yang mengidap penyakit Diabetes Melitus (DM).

Sebagai salah satu penyakit degeneratif, secara teori “seharusnya” DM tipe 2 ini baru akan menyerang kelompok umur 40 tahun ke atas, yang notabene secara fungsional kemampuan organ-organ tubuhnya mulai menurun. Namun kenyataannya, tren saat ini menunjukkan banyak anak usia remaja yang mulai terjangkit penyakit ini bahkan sejak usia 15 tahun.

Di Indonesia sendiri, hingga tahun 2013 tercatat ada 12 juta penderita DM di atas usia 15 tahun. Ini  artinya sekitar 6,7% dari total populasi. Jumlah itu belum termasuk 116 juta orang yang mengalami prediabetes seperti saya. Kebayang kan, berapa jumlahnya jika semua penderita prediabetes itu benar-benar menderita DM?

Perubahan drastis pada gaya hidup kekinian alias jaman now yang serba digital ini, membuat banyak orang mager alias malas gerak. Hampir semua hal bisa dilakukan lewat gadget dan sebagai akibatnya, aktivitas fisik sangat jauh berkurang. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan kemajuan teknologi di mana kondisi kesehatan manusia justru semakin menurun. Belum lagi ditambah dengan kerusakan bumi yang makin hari makin parah.

Enggak hanya buminya yang makin tua, kerusakan yang ditanggungnya juga semakin banyak. Tak cuma air dan udara yang tercemar, ozon yang bolongnya makin lebar juga membuat kita rentan terpapar radikal bebas dan zat berbahaya lainnya.

Dan berita buruknya, semakin banyak radikal di sekitar kita, semakin panjang daftar penyakit yang dihasilkannya.

Penyakit Degeneratif yang Disebabkan oleh Radikal Bebas
1. STROKE
2. JANTUNG KORONER
3. DIABETES MELITUS
4. TBC PARU
5. KOMPLIKASI HIPERTENSI

Lima penyakit di atas hanyalah secuil dari daftar penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Kalau mau diterusin bisa panjang banget deh. Sebut saja asma, alergi, rematik, hipertensi, migren, obesitas, sembelit, hepatitis, kerusakan pankreas, gangguan pendengaran, kanker, alzheimer, parkinson, glaukoma, katarak, lupus, gagal ginjal, dan masih buanyak lagi.  

Wah, kalau gitu radikal bebas ini jahat banget dong ya? Well, mereka memang sangat jahat, Moms. Saking jahatnya, bahkan jauh lebih jahat dari para mantan #eh.

Ya gimana nggak jahat yak, radikal bebas kan sejatinya zat atau ion dalam tubuh yang enggak punya pasangan hidup. So, mereka kerjanya memata-matai molekul lain yang sudah memiliki pasangan. Sekali molekul itu lemah, hap! Radikal bebas ini akan mencuri elektron molekul lain dan merusak ikatan zat pada sel dan jaringan tubuh. Akibatnya, kerja sel dan DNA akan terganggu. Akibatnya lagi, metabolisme tubuh kita enggak bisa optimal dan kita pun rentan sakit.

Sayangnya lagi, penyakit-penyakit degeneratif akibat radikal bebas ini enggak bisa kita deteksi sejak dini. Mereka mengendap, menyusup dan menggerogoti tubuh kita secara perlahan-lahan dan nyaris tanpa disadari. Begitu gejalanya bisa dirasakan, itu artinya penyakit sudah memasuki stadium lanjut. Dan … bang! Bom waktu pun meledak.

Hydrogen Atom

Lalu dari mana sih datangnya radikal bebas ini?

Secara alami, tubuh kita sebenarnya memproduksi radikal bebas. Yakni saat proses pernapasan, di mana tubuh membuang karbondioksida dan mengubah oksigen menjadi energi. Selain itu, radikal bebas juga bisa terbentuk pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Artinya, semakin banyak kita menumpuk makanan tinggi karbo, lemak dan protein, radikal bebas juga akan semakin banyak terbentuk. Belum lagi stres berlebih, kurang tidur, kondisi tubuh kekurangan darah, dan kekurangan duit #eh.  

Dari luar, juga ada banyak faktor yang bisa membentuk radikal bebas. Di antaranya adalah udara dan air yang tercemar, makanan yang digoreng atau dibakar dalam suhu tinggi, sinar matahari (UV), pestisida, bahan-bahan kimia rumah tangga, olah raga raga berlebih dan lain-lain.

See! Ternyata tubuh kita ini harus terus berjuang dan bertahan melawan jutaan ancaman untuk tetap hidup setiap harinya, ya. Ok fine.

Pertanyaannya sekarang, apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga tubuh kita tetap sehat?

 

Aktivitas Harian yang Super Sibuk

Profesi utama saya adalah sebagai ibu dari duo ganteng yang beranjak remaja. Well, yang satu masih balita ding. Blogger dan penulis itu adalah jabatan kesekian setelah supir pribadi, chef, guru privat, tukang cuci dan masih seabreg titel lainnya. Kebayang kan, betapa hectic-nya hari-hari saya tanpa ART.

Saya biasa bangun jam 4 subuh, mengantar anak-anak sekolah, mengerjakan tugas domestik hingga mengantar mereka kembali ke tempat tidur sekitar pukul 9 malam. Itu juga kalau Kevin sedang bersahabat. Kadang-kadang, dia bisa tidur menjelang jam 10 malam.

Dulu, sewaktu Kevin masih orok, saya bisa lebih bebas mengatur waktu untuk menulis. Apalagi saat dia masih suka boci alias bobo ciang, saya paling duluan ngorok ketimbang yang dikelonin. Tapi saya harus menyesuaikan semua jadwal begitu dia mulai sekolah. Enggak ada lagi waktu boci yang manis dan menggiurkan itu.

Ibu-ibu pasti ngerti yah, gimana serunya anak balita (((cowok))) mainan? Jangan ditanya lagi soal kerapihan deh. Saya mah angkat tangan aja hahaha. Kapal pecah, mungkin sebutan yang terlalu biasa untuk rumah-ramah-balita saya. Jangankan nulis, bisa nonton tivi dengan tenang aja bisa dihitung dengan jari deh.

Praktis, saya harus memindahkan jadwal nulis saat anak-anak sudah tidur. Artinya, saya hanya memiliki waktu sekitar 4-5 jam untuk merem. Jangan heran ya, kalau tengah malam facebook saya masih aktif mengunggah status atau posting lomba blog #sambilberharapmenang. Atuh da gimana lagi ya? Itulah satu-satunya waktu yang bisa saya gunakan untuk me time. Please jangan suruh saya berhenti nulis. Cuma itu hiburan saya pemirsah hehe.

Hydrogen Atom

Sayangi Diri Sendiri

Menjadi penulis memang profesi yang menuntut keberanian. Jangan dipikir kami ini enak-enak duduk di depan latop sambil ngemil loh. Meski faktanya memang seperti itu, sih. Well, gini ya Moms. Penulis dan pekerja kreatif lain seperti saya ini enggak bisa jauh-jauh dari kursi dan meja kerja. Enggak mungkin banget kan kami jalan-jalan sambil ngetik (yakali).

Berbeda halnya dengan profesi lain yang lebih mobile, kami dituntut untuk tetap on selagi di depan lappie. Kalau enggak, alamat deadline tinggal kenangan dan bayaran pun melayang. Do you know, ancaman apa yang harus kami hadapi? Ditolak penerbit! Bhuahaha itu mah DL alias derita lo.

Maksud saya, ancaman serius itu seperti risiko obesitas, hipertensi, gangguan kecemasan (apalagi menjelang deadline), depresi, hingga gangguan emosional lain yang lebih parah. Belum lagi serangan jantung dan (pada kasus tertentu) terkena kanker. Gangguan lain misalnya pegal dan cedera otot akibat terlalu lama duduk atau megang mouse juga menjadi tantangan tersendiri.

Dan, karena enggak mau jatuh sakit lagi, saya pun mulai melakukan banyak hal untuk menyayangi diri sendiri. Di  antaranya dengan menjaga kesehatan. Caranya?

Manfaat hidup sehat

1. Olahraga

Oke, saya memang enggak se-addicted Ade Ray atau Deddy Corbuzier. Selain tak punya waktu terlalu banyak, niat saya juga enggak segede mereka. Tapi, saya selalu meluangkan waktu untuk bergerak. Naik turun tangga, bersepeda, dan melakukan gerakan-gerakan streching setiap hari rasanya sudah cukup bagi saya. Terkadang kalau pas benar-benar senggang, saya juga menyempatkan diri jalan kaki di seputaran rumah, atau angkat barbel sambil nonton tivi. Receh sih, tapi paling enggak, saya bergerak, kan?

Manfaat hidup sehat

2. Makan Lebih Banyak Sayur Mentah

Meski bukan pelaku Food Combining sejati, saya selalu menyediakan waktu untuk mengonsumsi sayur dalam bentuk mentah (raw food). Selain lebih segar dan mengenyangkan, sayuran yang dikonsumsi mentah bisa memberikan suntikan enzim dan menjaga tubuh lebih sehat setiap hari. Sejauh ini, saya berhasil menaklukkan kubis, terung, buncis, kacang panjang, kangkung, kemangi, sawi sendok, selada bokor, tauge, kecipir, kenikir, tomat, wortel dan pare mentah. Wih banyak juga ya?

Manfaat hidup sehat

3. Mengurangi Kafein

Meski enggak bisa jauh-jauh dari kopi, saya mulai ngurangin jumlahnya. Kalau dulu sehari bisa 2-3 cangkir kopi instan, sekarang cukup secangkir saja. Itupun saya pilih kopi murni alias kopi hitam dengan lebih sedikit gula. Teh juga mulai saya batasi asupannya. Diganti dengan yoghurt atau sari jeruk.

Manfaat hidup sehat

4. Menjaga Pola Pikir Positif

Tahu dong, pola pikir memiliki peran yang enggak kalah penting dalam menunjang kesehatan? Karena itu saya berusaha menjaga pikiran agar tetap positif dan banyak bersyukur dalam segala hal. Otak yang terjaga dalam kondisi positif, akan direspon positif pula oleh tubuh. Sebab sehat itu enggak sekadar tentang fisik, tapi juga tentang pikiran. Bagaimana kita berpikir, menentukan bagaimana tubuh kita bekerja.

 

Manfaat hidup sehat

5. Minum Lebih Banyak

Delapan puluh persen tubuh kita terdiri atas cairan. Karena itu, memasok air dalam jumlah cukup itu sangat penting agar metabolisme kita tetap terjaga.

Ngomong-ngomong soal minum, saya mau ngaku dosa ah. Dulu sebenarnya saya tuh suka sussaaah banget minum 8 gelas sehari loh. Seringnya malas bolak-balik ke toilet untuk BAK. Apalagi kalau pas serius nulis, penyakit malas ini makin parah. Akibatnya, pinggang saya terasa panas dan pegal. Kalau sudah begini, saya jadi takut terkena dehidrasi dan gangguan pola makan. Tapi, setelah niat untuk memiliki hidup yanglebih berkualitas, saya memaksa diri untuk minum lebih banyak.

Tapi, cairan seperti apa sih yang benar-benar diperlukan tubuh? Cukupkah dengan air yang direbus, atau harus air mineral? Trus lebih bagus mana, air mineral kemasan atau air distilasi? Apa pula yang disebut dengan air hidrogen? Apa manfaatnya bagi kesehatan?

Air Mineral Kemasan, Air Distilasi dan Air Hidrogen

Dulu, kebanyakan dari kita merebus air lalu mengonsumsinya sebagai air minum. Sekarang lebih banyak orang mengonsumsi air mineral atau air dalam kemasan. Selain lebih praktis, air minum seperti ini diklaim lebih sehat karena mengandung mineral tertentu (seperti magnesium dan kalsium) yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup. Yang mana hal ini enggak bisa kita dapatkan dari air rebusan di dapur.

Sedangkan air distilasi atau disebut juga air suling adalah jenis air yang diperoleh dari embun atau uap air yang dihasilkan dari proses perebusan. Sayangnya, dalam proses pengolahan air seperti ini sejumlah mineral dan elektrolit penting juga ikut terbuang bersama kuman.  

Nah, satu lagi nih yang lagi ngetren yaitu air hidrogen. Air jenis ini adalah jenis air yang mengandung hidrogen (H2) dalam kadar yang tinggi. Berbeda dengan air mineral dan air distilasi, air ini memiliki antioksidan yang berperan melindungi tubuh dari beragam penyakit yang disebabkan radikal bebas. Enggak hanya satu atau dua penyakit loh, air hidrogen bisa mengobati dan mencegah hampir 200 jenis penyakit mematikan.

Oke, lalu bagaimana cara kerjanya?

Seperti tadi sudah saya sebutkan di awal, kita hidup dalam ancaman radikal bebas, yakni zat atau ion dalam tubuh yang kekurangan elektron dan berusaha mengambilnya dari molekul lain. Nah, hidrogen berperan untuk memengaruhi radikal bebas ini dan mengubahnya menjadi zat yang tidak berbahaya. Dengan kemampuan unik untuk melintang membran sel dan menembus sub-seluler, hidrogen mampu melindungi sel dan jaringan dari kerusakan oksidatif yang menyebabkan beragam penyakit degeneratif tadi.

Air kaya hidrogen dipercaya memiliki 176 kali lebih banyak efek antioksidan ketimbang vitamin C. Selain itu, juga 863 kali lebih banyak efek antioksidan dari koenzim Q10 yang secara alami ada dalam tubuh kita.

Berikut beberapa manfaat air hidrogen untuk kesehatan:

  • Mencegah parkinson .
  • Melindungi tulang rawan dari kematian sel.
  • Menekan obesitas.
  • Mencegah mutasi sel (antikanker & antiaging).
  • Menurunkan kadar glukosa dalam darah.
  • Menurunkan kadar kolesterol.
  • Mendektoksifikasi tubuh dari racun.
  • Meningkatkan energi dan melancarkan sistem pencernaan, termasuk gangguan sembelit.
  • Mencegah dan mengurangi risiko stroke.
  • Meningkatkan daya ingat.
  • Mencegah osteoporosis dan atheroschlerosis.
  • Mengurangi risiko alergi, asma, epilepsi, penyakit jantung dan beragam penyakit kronis lainnya.

Sayangnya, meski hidrogen ini tersedia secara alami, sepertinya agak sulit bagi kita untuk menemukan air dengan kandungan hidrogen yang cukup tinggi dan memiliki manfaat seperti di atas. Yakali kita pabrik kimia yang bisa memproduksi air jenis ini. Salah satu solusinya ya berarti harus beli dong. Sama seperti kita membeli air kemasan lainnya.

Pertanyaan berikutnya : di mana kita bisa membeli air kemasan berhidrogen tinggi seperti ini?

Zinnkkk!! Bingung kan?

Tenang aja, sekarang ada banyak kok yang jualan air kaya hidrogen ini. Salah satu yang paling OK adalah Hydrogin Atom dari GIN Internasional, sebuah perusahaan berbasis MLM yang concern pada masalah kesehatan dan kesejahteraan. GIN Internasional sangat fokus pada teknologi kesehatan dan anti-penuaan untuk membantu masyarakat memiliki tingkat kehidupan yang lebih baik.

Berkantor pusat di Jakarta, perusahaan ini kini telah memiliki 33 cabang di seluruh nusantara. Dengan Motto 5-K yakni Kecepatan, Ketepatan, Keamanan, Kebersihan dan Ketaan, GIN Internasional senantiasa berinovasi untuk memberikan produk dengan teknologi terkini dan aman dikonsumsi.

Masalah legalitas dan keamanannya, kita enggak perlu takut. GIN Internasional telah mengantongi sejumlah sertifikasi yang pastinya bisa bikin kita bebas waswas. Sebut saja sertifikasi halal dari MUI, dan beberapa laporan analisis sampel produk yang telah dinyatakan aman dari pejabat berwenang.

Beberapa Kelebihan Hydrogin Atom dari GIN Internasional

Hydrogen Atom

Ringan dan handy.

Beratnya hanya 274 gram sehingga sangat mudah dibawa ke mana. Cocok untuk kita yang sangat mobile.

Hydrogen Atom

Desain premium

Produk ini memiliki bodi yang sangat kuat, tapi tetap modis dan stylish. Enggak malu-maluin menentengnya untuk menemani aktivitas harian.

Hydrogen Atom

Rechargeable

Produk ini dapat diisi kembali dayanya menggunakan power bank USB. Praktis kan?

Hydrogen Atom

Menggunakan teknologi P.E.M untuk membuat air hidrogen, yang menghasilkan air bebas ozone,klorin, dan oxides lainnya. Selain itu juga mengandung kadar hidrogen 1.000-1.400 ppb dalam waktu yang singkat (dalam hitungan menit). Air ini cocok untuk dikonsumsi semua kalangan.

Rekomendasi Penggunaan Air Hidrogen

  • Konsumsi harian yang disarankan 1-3 liter.
  • Semua orang boleh mengonsumsi air hidrogen (termasuk bayi, ibu hamil dan menyusui hingga lansia).
  • Air yang dikonversikan menjadi air hidrogen sebaiknya memiliki kadar mineral di bawah 100ppm.
  • Sebaiknya segera konsumsi air hidrogen yang sudah selesai diproses. Namun, jika memang ingin menyimpannya dalam lemari pendingin, pastikan memakai gelas yang disegel rapat untuk mencegah masuknya udara.
  • Waktu yang disarankan untuk memroses air hidrogen ini adalah 10-30 menit.
  • Jangan memasak air hidrogen karena proses perebusan akan membuang kadar hidrogen di dalamnya.

Nah, biar nggak penasaran sama produk ini, yuk tonton sama-sama video berikut ini ya.

https://www.youtu.be/pgPUOt1olVE

Semacam Testimoni

“Asam urat dan kolesterol saya sangat tinggi. Sudah beberapa tahun lalu, sebelum mengenal GIN, saya aktif dalam mengonsumsi obat kolesterol dan asam urat. Namun hampir selama 1 setengah bulan saya melakukan terapi dengan air yang diproses “HYDROGIN” saya sudah mulai tidak merasakan keluhan ataupun rasa sakit di bagian tubuh. Terima kasih, GIN Internasional is the best!”

Lusi
IRT, Jakarta
“Sebelumnya, saya mengidap kolesterol tinggi, gula darah dan asam urat yang tinggi, segingga hal ini menyebabkan rasa sakit di bagian leher saya yang menimbulkan susahnya untuk istirahat malam. Selama 2 tahun, saya mengonsumsi obat-obat guna membantu kesembuhan, namun hasil yang didapat tidaklah maksimal. Namun saya mencoba mengonsumsi air yang diproses “HYDROGIN” selama 1 bulan dan berhenti mengonsumsi obat-obatan, dan akhirnya efek yang diberikan berpengaruh baik pada tubuh saya. Thank you, GIN Internasional is the best!”

Daud S. Kaunang
Pengusaha, Jakarta

Oya, tentang harga, produk ini memang dibanderol cukup tinggi. Di beberapa marketplace, Hydrogin Atom dijual dengan harga 6 jutaan. Cukup worthy lah ya, untuk menjaga kesehatan jangka panjang? Kalau kita ingin mendapatkan keuntungan lebih, bisa juga bergabung dalam jaringan bisnisnya loh. So, tunggu apa lagi? Kepoin langsung social media GIN Internasional di sini ya:

FB : Gininternasional

Twitter : @G1Nmore

IG : @g1nmore

YouTube : Gin TV

Thanks for reading and stay healthy ya!

Referensi:
  • Silvani, Lisa. 2018. Antiaging for Busy Moms, Jakarta: Diandra Kreatif.
  • Hendro. 2018. Hidup Sehat Pasca Diabetes, Yogyakarta: Penerbit Andi.
  • https:www/gininternational.com/id/hydrogin-atom
  • https://www.klikdokter.com/
  • https://www.hydrogen.com.es/faq/
  • https://www.halodoc.com/waspadai-penyakit-kronis-akibat-radikal-bebas
  • https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/diabetes.pdf
 
Sumber gambar:
  • https:www/gininternational.com
  • https://www.pixabay.com
  • Koleksi pribadi penulis
Sumber video:
  • Youtube channel : GIN TV