Halo, Moms!
Ahh… rasanya sudah lama banget ya nggak menyapa… maklum banyak banget job off air #eaaaaa dikeplak#

Eniwei… sebenarnya saya emang agak sibuk nyariin sekolah anak. Jadi ceritanya, awal bulan kemarin, saya dan suami mencarikan sekolah untuk si kecil Kevin. Hiks, sebenernya agak-agak melow juga sih saya. Rasanya baru kemarin sore si bocil lepas ASI. Eh sekarang udah mau sekolah aja. Artinya, dia akan segera lepas dari sarang dan bertemu dunia luar. Tinggalah si induk semang seorang diri lagi. Huhuhu.. Tapi mau gimana-gimana, pendidikan dasar tentu sangat penting untuk tumbuh kembang anak, bukan?

Oke, baiklaaah… Usai sudah melo-melonya. Usia Kevin memang akan masuk 4 tahun Juni 2018 ini. It means, dia sudah cukup umur untuk mencicipi dunia pendidikan. Mungkin sebagian orangtua bertanya-tanya kenapa saya baru menyekolahkannya sekarang, bukan tahun lalu. Mmm… gimana jawabnya ya hehehe…

Jadi gini, Moms, dulu pas anak pertama saya memang memasukkannya ke PG alias taman bermain. Alasan utamanya adalah karena saya dan suami sama-sama bekerja. Tiap hari kami berangkat pagi-pagi dan baru sampai rumah lagi menjelang maghrib. Jadilah anak hanya bersama pengasuhnya di rumah. Karena nggak mau dia tumbuh dalam kesepian, makanya kami putuskan untuk mengenalkannya dengan dunia luar. Usianya saat itu 3.8 tahun.

Nah, berhubung sekarang saya nggak kerja kantoran lagi, jadi punya lebih banyak waktu untuk menemani Kevin di rumah. Selain itu, ada juga bapak sama ibu saya. So, rumah kami selalu ramai orang. Jadi, saya pikir nggak masuk ke PG juga no problemlah buat si Kevin.

Well, pendidikan anak usia dini memang sering kali jadi perhatian serius bagi banyak irang tua. Ada yang iyes, tapi juga ada yang say no untuk memasukkan anak di PG. Apalagi jika usia anak masih terlalu kecil. Pertimbangannya, anak-anak itu masih membutuhkan banyak waktu untuk bermain. Wah, jadi kepikiran sama anak-anak artis yang baru juga 6 bulan udah “disekolahin” hehe…

Eniwei, keputusan memang ada di tangan orang tua. Mau sekolah di usia berapa, sebetulnya nggak ada patokan saklek sih. Hanya saja, menurut Anna Surti Ariani, S.Psi , pakar perkembangan dan pendidikan anak, pendidikan di PG itu bukan sebuah keharusan. Sepanjang anak berada di bawah pola asuh yang tepat, orangtua nggak perlu terburu-buru memasukkannya ke sekolah. Yang penting, si kecil tetap diperkenalkan dengan dunia luar dan bermain bersama lingkungan selain keluarga. Nah, kalau dari kacamata ini, berarti pilihan saya bisa dibenarkan ya hehe #nyari pembenaran

 

Indikator kesiapan sekolah

Waktu yang tepat untuk pendidikan dasar anak

Banyak orang tua yang bingung gimana sih menentukan apakah si kecil sudah siap bersekolah atau belum. Nah, daripada Mommies galau, nih saya tuliskan rambu-rambu yang bisa dijadikan panduan untuk melihat seberapa siap sih sebenarnya anak kita untuk bersekolah.

1. Anak cukup mandiri

Kemandirian pada anak balita, biasanya ditunjukkan dengan kemampuannya melakukan beberapa hal dengan baik. Misal mampu makan dan minum sendiri, berjalan dan berlari tanpa bantuan, dan yang pasti, sudah cukup matang secara sosial. Artinya, anak nggak terlalu lengket pada orang tua atau pengasuhnya lagi, melainkan mampu bersosialisasi dengan orang lain.

2. Bisa mengontrol kebutuhan biologis
Berjam-jam berada di sekolah, anak pasti harus melakukan aktivitas pribadi di toilet. Nah, usahakan anak sudah mampu mengontrol kebutuhan biologisnya seperti pipis atau BAB. Hal ini penting supaya anak tidak ngompol atau BAB sembarangan dalam ruangan, terutama jika tidak memakai pospak.

3. Memiliki kecakapan verbal yang cukup
Kemampuan berkomunikasi yang cukup, akan memudahkan anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, hal ini juga akan memudahkan guru dalam menstimulasinya. Minimal, anak bisa mengutarakan perasaan dan keinginannya dengan baik.

4. Menunjukkan minat
Anak yang sudah siap bersekolah, biasanya menunjukkan ketertarikan pada dunia sekolah. Misalnya dia sangat bersemangat melihat tetangganya berangkat sekolah, atau mulai suka melihat buku dan alat tulis lainnya. Untuk itu, cobalah menstimulasinya dengan memberikan aneka permainan edukatif yang menarik di rumah.

Nah, berhubung usia Kevin saat ini sudah 3.5 tahun, no wonder kalau dia sudah sangat fasih dalam berkomunikasi. Di rumah, saya terbiasa menggunakan beragam bahasa saat berkomunikasi dengannya. Ya, meski hanya sebatas bahasa Indonesia, Jawa, sedikit Sunda dan Inggris sih. Hehe…

Meski keahlian utamanya adalah bahasa Indonesia, Kevin mampu mengerti loh kalau saya ngomong beberapa kata dalam bahasa Inggris dan Jawa.
Selain itu, kemampuan motorik kasarnya pun sudah sangat baik. Dia mampu berjalan, berlari, melompat, meloncat, bahkan berdiri dengan satu kaki –meski hanya beberapa detik.

Masalah kebutuhan biologis, asalkan sedang tak keasyikan nge-game, dia pasti bilang pada saya jika mau pipis atau BAB. Tiap kali ikut menjemput atau mengantar kakaknya, Kevin juga sangat antusias melihat sekolah. Dia bahkan bilang nanti kalau dia bersekolah, tasnya pengen yang bergambar McQueen.

Okai, noted, Dek! PR selanjutnya saya harus memilihkan sekolah yang paling tepat untuknya. Yihaaa…. kapan-kapan saya bikin tulisan singkat soal ini ya #ngiklan hahaha…

Nah, sekarang nggak galau lagi dong ya. Mau nyekolahin anak di usia berapa itu adalah mutlak keputusan orang tua. Jangan risau cuma karena dengar selentingan kiri kanan ya, Moms. Yang penting kita terua memantau kesiapan anak itu sendiri untuk masuk ke dunia pendidikan dasar.

 

That’s all I wanna tell you. Bye for now ya, Mommies…
Love yourself and be joyful!

Love,
Bety