Hai hai, masih jalan-jalan sekitaran Magelang nih Moms.

Kemarin, saya udah tuliskan cerita tentang Taman Kyai Langgeng ya. Meski kurang berkesan dan nggak sesuai ekspektasi, si Kakak tetap hepi bisa berenang hehe. So, kalau Mommies mau ke sana juga jangan lupa ajakin teman-teman serombongan atau keluarga yang banyak ya biar rame dan lebih seru.

Sekitar pukul setengah 3 sore, mobil kami keluar dari areal parkir Taman Kyai Langgeng menuju Borobudur. Untungnya, lokasi kedua ini searah sama jalan pulang jadi nggak perlu muter-muter lagi ngabisin waktu. Jujur, kami nggak ngerti jam buka candi Budha terbesar di dunia ini. That’s why kami nyantai saja di jalan. Apalagi mobil memang nggak bisa ngebut karena lalu lintas cukup padat.

Saya lansir dari Wikipedia, Borobudur adalah monumen Budha terbesar di dunia yang dibangun pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Terletak sekitar 40 km arah barat daya Jogja, candi berbentuk stupa ini dikukuhkan sebagai salah satu keajaiban dunia dan masuk dalam situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1991. Di candi ini terdapat ribuan panel relief Budha terlengkap di dunia.

Hampir jam 4 sore kami tiba di areal candi. Paksu dan si Kakak minta makan dulu. Soalnya tadi di Kyai Langgeng nggak sempat makan berat. Berhubung Kevin tidur, saya memilih untuk stay di mobil aja. Kira-kira pukul 4.15 mereka berdua selesai makan dan kami pun bergegas menuju ke pintu utama.

Sebelum makan, paksu membeli tiket masuk seharga 40 ribu rupiah per orang. Anak umur 2 tahun ke atas dikenakan harga normal. Matahari masih cukup cerah waktu kami sampai di depan gerbang masuk. Oya, pas tadi beli tiket, si papi ngelihat ada yang menyewakan baby stroller loh. Yipiiie! Seneng banget deh jadinya nggak perlu menggendong Kevin berjalan jauh hehe. Tarifnya cukup murah loh, hanya 50 ribu saja sepuasnya.

 

Candi Borobudur

 

Begitu kami masuk gerbang, ada beberapa petugas yang bergegas menutup pintu. Saya sempat heran, kenapa kok ditutup ya? Oalaah, ternyata jam operasional candi ini cuma sampai jam 5 sore, pemirsah! Dan ini artinya kami hanya punya waktu nggak lebih dari 45 menit untuk berkeliling. Whatt?? Simbok langsung melotot hahaha.

 

Candi Borobudur

 

Candi Borobudur

 

Wokei dah, siapa takut? Kami langsung lari-lari di track yang menuju ke puncak candi. Untungnya ada stroller ya tadi, kalau nggak saya mending angkat tangan aja trus nongki cantik di warung indomie wkwkwk. *Alesyaaannggakdiet*

 

Candi Borobudur

 

Candi Borobudur

 

Meski harus lari-lari, nyatanya trip kami kali ini tetap menyenangkan loh, Moms! Pas kami datang, areal candi sedang dihias dengan cantik. Ada banyak topi caping warna-warni yang dipasang di berbagai penjuru. Dan ternyata, meski sudah hampir tutup masih banyak kok wisatawan selain kami yang ada di dalam. Whaa, dalam hati saya bersyukur. Minimal, kami nggak akan diusir sendirian lah hehehe.

Yang namanya emak-emak bawa bayik itu selalu dapet treatment spesial ya Moms. Kayak saya, begitu ngelihat saya ngedorong baby stroller, petugas yang ada di depan gerbang candi bagian dalam langsung membukakan pintu dan mempersilakan kami melewati track khusus yang nggak perlu naik tangga. Huaaa…. senangnya. Mayanlah bisa hemat sekian puluh anak tangga.

Cumaaa, hal ini nggak berlaku kalau kita mau naik ke bagian atas candi. Mau nggak mau ya strollernya harus dilipat trus diangkat deh. Berhubung udah sore dan capek (yang kedua ini so pasti jadi alasan utama), saya sama anak-anak milih di bawah aja. Si papi naik sendirian ke puncak candi.

Bukannya saya nggak minat naik sih, hanya saja kami sudah pernah naik dulu pas ke sini sebelumnya. Waktu itu si Kakak masih kecil. Sekarang, dia milih di bawah saja menemani saya dan adiknya.

 

Pemandangan menakjubkan

 

Candi Borobudur

 

Jalan-jalan pastinya nggak afdol ya kalau nggak pakai poto eh foto. berhubung si papi asik di atas, kami bertiga juga sibuk berfoto. Sore ini cukup cerah meski ada sedikit awan di langit. Ternyata, pemandangan di puncak candi lebih eksotis ketimbang di bawah loh. Matahari cerah sekali dan siluet candi tampak gagah. Hm, luar biasaaaa…

 

Candi Borobudur

 

Di kejauhan, duet gunung Merbabu dan Merapi tampak menjulang tinggi. Sayang, saya nggak punya kamera canggih yang bisa mengabadikan momen ini. Jadilah saya hanya pakai kamera hape seadanya hiksss. *kodekeras*

 

Candi Borobudur

 

Dulu pas ke sini barengan keluarga kakak dan ortu, kami sudah sempat sampai ke puncak candi. Waktu itu kami ke sininya siang sih, jadi lebih banyak waktu untuk eksplor seluruh bangunan megah ini. Nggak papa deh, sekarang saya pamerin aja fotonya. Wkwkwkw.

 

Candi Borobudur

Waktu masih kuyus 😂😂

 

Candi Borobudur

Saat masih lebih tinggi dari si Kakak

 

Hampir setengah 6 petang kami semua (wisatawan yang tersisa di areal candi) “diusir” oleh petugas. Dengan pengeras suara, mereka meminta kami untuk segera meninggalkan lokasi. Wah, padahal pengen lihat Borobudur di malam hari loh. Huhuhu.

Dasar turis nekat, udah tahu diusir bukannya pergi. Kami malah lebih asik berfoto. Dan inilah beberapa hasil jepretan yang sayang dilewatkan. Ada yang saya ambil di bagian bawah candi, ada yang dijepret papi di puncak dengan latar belakang langit senja yang eksotis.

 

Candi Borobudur

Sebagian relief candi yang luar biasa

 

Candi Borobudur

 

Candi Borobudur

Siluetnya eksotis, kan?

 

Candi Borobudur

 

Pas jalan menuju pintu keluar, saya baru ngeh kenapa  kami “diusir” sama petugas. Ternyata, pemandangan di malam hari rada ngeri juga, soalnya penerangan yang ada cukup minimalis. Sepanjang jalan yang kami lewati menuju areal parkir agak gelap dan banyak nyamuk. Kebayang deh kalau kami di sini lebih lama lagi. Jangan-jangan ada penampakan… huaaa!

 

Sebenarnya kalau kita ke sini lebih siang, kita bisa mengeksplor lebih banyak lagi loh spot bagus di areal candi. Salah satunya adalah Museum Unik dan Seni berikut ini. Di dalamnya, ada banyak benda bersejarah peninggalan masa lampau yang luar biasa. Seperti patung Budha terkecil di Indonesia, radio jadul, wayang, dan beberapa benda lain. Dulu, saya sempat ke museum ini. Kali ini saya bagikan sedikit foto yang kami ambil.

 

Candi Borobudur

 

Candi Borobudur

Patung Budha terkecil di Indonesia disimpan di kotak kaca khusus.

 

Candi Borobudur

Radio usang yang masih dijaga dengan baik.

 

Candi Borobudur

Selain museum, kita juga bisa ikut dalam rombongan kereta mobil yang akan membawa kita keliling kompleks candi. Kereta ini akan blusukan di antara hamparan padi, rumah-rumah penduduk, dan katanya sih deket area hotel yang terkenal bin mahal itu (Amanjiwo kalau nggak salah namanya).  Sst, denger-denger tarif menginap di resort ini sampai puluhan juta per malam. Beberapa selebritis kelas dunia seperti David Beckam dan Richard Gere pernah menghabiskan waktu di Amanjiwo.

Oya, saat mengendarai kereta mobil ini, sang guide menuturkan kalau di jalur yang kami lewati ini ada satu titik di mana Borobudur akan terlihat secara penuh. Kabarnya, dulu titik ini sering dipakai para kerabat keraton Mataram Kuno untuk menikmati keindahannya. Saya sempat memotretnya dari kejauhan.

 

Candi Borobudur

Dulu, mungkin tidak ada pepohonan yang menghalangi Borobudur dari titik ini ya.. entahlah.

 

Nah, kembali ke masa kini yuk! Mumpung belum keluar kompleks inti candi, kami sempatkan dulu berfoto bersama. Dan beginilah penampakan turis dadakan ini 😁😁

 

Candi Borobudur

 

Candi Borobudur

 

Sampai di luar candi, saya langsung cuss ke warung beli makan. Perut sudah protes keras karena dari siang tadi nggak dikasih makan dengan benar. Jadilah kami rehat sebentar sebelum pulang ke Jogja. Ternyata, masih banyak loh mobil-mobil yang parkir seperti kami. Hampir semuanya plat luar kota.

Menjelang jam 7 malam, jalan-jalan kami kali ini berakhir. Beriringan dengan puluhan mobil lainnya, kami bergerak meninggalkan candi Borobudur, menuju kota gudeg. Meski capek, rasanya seneng bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak dan tentu saja: mantan pacar.

Mommies ada yang pernah ke Borobudur juga?