Saya melewati masa kecil dan remaja dengan baik, tanpa banyak drama nggak penting atau kenakalan remaja yang menghebohkan. Saya tumbuh menjadi anak baik dan nggak neko-neko. Prestasi akademis pun cukup membanggakan. Hingga tiba saatnya kelas 2 SMA (kelas 11 sekarang), di mana saya merasa sangat insecure ketika harus memilih masuk IPA atau IPS.

Kalian yang tumbuh di jaman saya, pasti tahu bagaimana rasanya menjadi anak IPS. Sering kali, anak-anak IPS di jaman saya dilabeli dengan bandrol kepandaian KW2 atau KW3, kalau tak boleh disebut “bodoh”.

Dan itulah yang saya alami. Sebagai anak yang tumbuh dengan kepandaian level ‘ningrat’, saya tiba-tiba harus menjadi rakyat jelata dalam sekejap, hanya karena memilih masuk IPS. Pihak sekolah menyayangkan keputusan saya. Beberapa guru bahkan mengambil waktu khusus untuk membujuk saya membatalkan niat itu, dengan alasan jangan sampai saya menyesal di kemudian hari.

Sesuatu yang menurut saya agak lucu sebenernya. Toh saya tidak pindah sekolah. Saya hanya memilih hal yang tidak biasa. Asal teman-teman tahu, masa itu memang jamak mengukur level kepandaian seseorang dari seberapa tingginya IQ kamu, seberapa pintarnya kamu mengerjakan soal matematika, fisika, atau kimia. Soal keahlianmu di bidang bahasa, seni, hubungan sosial, atau yang lain? Itu nomor sekian.

To be honest, meskipun tidak spektakuler tapi nilai IQ saya sejatinya cukup tinggi. Meski begitu, saya lebih suka mempelajari seni, menyanyi, menulis, bercerita dan terlibat dengan orang lain. Saya enggan berkutat dengan ilmu eksak, olah tubuh, dan pusing kalau disuruh mengerjakan soal-soal visual-spasial. Tuntutan lingkungan agar saya memaksakan diri melakukan apa yang ‘bukan guwe banget’ itu sempat membuat saya tertekan. Apalagi pandangan keluarga besar yang hampir selalu membandingkan saya dengan kakak saya yang emang jago eksakta. Hal itu terus berlanjut hingga saya kuliah yang (lagi-lagi) masuk dunia sosial. Lingkungan sekitar saya sepertinya selalu meraguan apakah saya bisa sukses dengan pilihan ini?

Faktanya, menurut penelitian terkini, disebutkan bahwa kesuksesan seseorang tidak melulu ditentukan oleh nilai IQ. Sebab tes ini tidak  bisa mengukur kualitas lain yang diperlukan untuk sukses dalam pekerjaan, seperti kemauan keras, percaya diri, motivasi, ataupun kemampuan seseorang untuk menentukan prioritas, mengelola waktu, efisiensi, dan lain-lain. Padahal, kecerdasan emosional dan sosial seseorang memegang peran penting dalam hubungan antarmanusia, dan pada gilirannya ikut menentukan kesuksesannya dalam dunia kerja maupun sosial. Mereka yang secara kognitif biasa aja tapi hebat dalam urusan hubungan antarpersonal, bahkan lebih disukai dalam dunia kerja ketimbang orang-orang pintar yang songong.

 

Pentingnya Multiple Intelligence

Howard Gardner, bapak kecerdasan majemuk, telah sejak lama menyadari hal ini. Itulah sebabnya beliau menekankan pentingnya melihat potensi seseorang secara menyeluruh. Menurut Gardner, manusia itu tak hanya pandai calistung, tapi lebih dari itu. Sekurang-kurangnya ada 9 kecerdasan majemuk yang bisa dikembangkan. Yaitu kecerdasan bahasa, logika-matematika, visual-spasial, kecerdasan musikal, interpersonal, intrapersonal, kecerdasan fisik-kinestetik, kecerdasan natural, dan spiritual.

Dengan metode pengasuhan dan stimulasi yang tepat, setiap kecerdasan majemuk itu berpotensi untuk berkembang dengan optimal. Ditambah dengan bakat yang dirawat, stimulasi yang tepat, dan dukungan penuh dari lingkungan terdekat, bukan mustahil seseorang bisa menjadi jawara di banyak aspek kepandaian, meraih kesuksesan, namun tetap bisa menikmati hidup dalam kepenuhan.

Lalu bagaimana jika tidak semua kecerdasan majemuk itu berkembang maksimal? No worries, santai aja. Masing-masing orang memiliki talenta dominannya sendiri-sendiri. Bagian kita adalah berupaya memaksimalkannya dengan stimulasi yang tepat. Kalaupun tidak bisa maksimal semua, ya enggak apa-apa. Karakter pribadi dan beragam tipe kecerdasan ada dalam diri akan memampukan kita meraih mimpi dan tujuan hidup masing-masing.

Setiap orang spesial

 

Kenalan Sama Mindtera, Aplikasi Pengembangan Diri Melalui Multiple Intelligence Pertama di Indonesia.

Mindtera platform edukasi

 

Belum lama ini, saya merasa tengah berada pada satu titik yang membosankan. Saya merasa nggak bisa berkembang lagi. Saya capek dan butuh jeda sekejap. Pandemi ini seolah menyedot stok kekuatan dan kewarasan saya. Dan saat itulah saya berkenalan dengan Mindtera, aplikasi edutech pengembangan diri melalui multiple intelligence pertama di Indonesia. Sesi-sesi yang saya ikuti bersama Mindtera berhasil membuka mata saya dan membuat saya lebih santai menjalani hidup.

Mindtera adalah platform edukasi untuk belajar kecerdasan emosi, sosial, fisik, dan pengembangan diri seputar keluarga, cinta dan kerja yang bertujuan untuk membantu masyarakat Indonesia menjalani hidup terbaik mereka, lewat beragam pelatihan online yang terstruktur dan komprehensif. Platform ini digawangi oleh Bayu Bhaskoro, selaku CMO dan Co-founder, serta Tita Ardiati sebagai Co-founder.

Para founder Mindtera ini paham banget bahwa ada banyak orang (termasuk saya) yang sering kali merasa stuck, jenuh, takut gagal, takut nggak kompeten, takut nggak bisa berkembang, atau berkutat dengan stres hingga burnout menghadapi beban kerja. Karena itulah mereka menciptakan Mindtera, aplikasi kece yang berperan membantu kita belajar memetakan pikiran.

Asal temen-temen tahu, memetakan pikiran ini ternyata penting banget lho. Nggak hanya membantu meredakan stres, tapi juga membantu kita mengenali potensi diri untuk memaksimalkan kualitas hidup yang kita miliki baik dalam aspek pekerjaan, keluarga, dan juga cinta.

 

Bagaimana Cara Mindtera Bekerja?

Mindtera fokus pada pengembangan potensi dan kualitas hidup dengan kurikulum self-mind mastery yang terdiri atas 4 pilar pembelajaran. Yaitu kecerdasan emosi, sosial, fisik, dan pengembangan diri.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenal, menerima, dan mengelola ragam emosi dalam diri. kecerdasan sosial adalah kemampuan membangun hubungan sosial yang sehat dan berdaya. Kecerdasan fisik merupakan kemampuan memahami koneksi antara tubuh dan pikiran. Sedangkan pengembangan diri adalah kemampuan untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan personal seseorang.

Dengan tagline #SemuaBisaDikelola, Mindtera berupaya mengajak kita semua untuk mengelola stres, emosi negatif, dan beragam hal yang menghimpit kewarasan. Menariknya, Mindtera menawarkan program berjenjang tidak lebih dari 5 menit sehari dan dibawakan oleh fasilitator profesional dan berpengalaman, lho!

 

PPKM – Pengalaman Pertama Kenal Mindtera

Kelola stres dengan Mindtera

Perkenalan saya dengan Mindtera dimulai saat berkesempatan mengikuti sesi zoom bertajuk “Kelola Hidup yang Lebih Baik dengan Aplikasi Mindtera: Kelola Stres dengan Berkesadaran” beberapa waktu lalu. Meski awalnya cukup ragu apakah saya bakalan betah di ruang zoom yang berlangsung beberapa jam ini, nyatanya saya sangat excited dan bersyukur banget bisa ada di sana. Saya jadi bisa mengenal lebih dalam tentang diri sendiri, sekaligus memahami apa sih stres itu, dan gimana cara mengelolanya dengan penuh kesadaran.

Sejak awal sesi dibuka, auranya udah adem banget. Apalagi pas pemateri memberikan penjelasan. Hm… auto batal ngantuk deh! Coach Devi Chan nggak hanya menjelaskan materi dengan lugas dan mudah dimengerti, tapi sekaligus menenangkan.

Mbak Devi meminta para peserta untuk menjawab beberapa pertanyaan untuk mengetahui level stres kami. Kebetulan skor saya waktu itu adalah 11,8%. Level stres yang masih sangat aman. Untuk lebih lengkapnya, tabel level of stress adalah sebagai berikut.

Level of stress

Memetakan Pikiran Bersama Mindtera

Lebih lanjut, Mbak Devi mengajak kami untuk memetakan pikiran dengan cara menentukan 3 hal yang menurut kita paling bisa menyebabkan stres. Ternyata, ada buanyak banget loh, penyebab stres itu!

Stressor Mindtera

Buat saya, hal yang paling bisa membuat saya stress adalah lack of private space, lack of personal growth, dan tight deadline. Hahaha… Kalau temen-temen kira-kira yang mana nih?

Apakah multitasking membuat kalian kelelahan? Atau nggak pernah didengar? Adakah bukibuk yang sering merasa stres saat harus berkali-kali multitasking? Well, apapun itu, mengenali pemicu stres ini ternyata membantu banget untuk kita mengetahui apa yang harus dilakukan.

Menurut Mbak Devi, saat kita merasa stres karena sesuatu hal, ada baiknya kita periksa kembali gimana sih cara kerja kita selama ini. Ternyata, Gaes, cara kerja ini dipengaruhi loh, sama motivasi kerja. Motivasi kerja ini adalah dorongan terbesar kita untuk bekerja dan mencapai tujuan. Motivasi kerja ini sendiri ada 2 jenis, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Orang-orang dengan motivasi intrinsik, biasanya cenderung dipengaruhi oleh dorongan dari dalam diri sendiri. Umumnya, mereka tidak terlalu ambil pusing sama pandangan orang luar tentang apa yang dia kerjakan, dan cukup puas dengan apa yang dikerjakan. Apalagi saat bisa berkontribusi positif pada dunia. Golongan orang seperti ini umumnya menikmati proses kerja, dan menganggap apa yang dialami sebagai bagian dari proses kerjanya.

Tipe orang intrinsik

Lalu bagaiamana saat mereka jenuh? Tenang, ada kok strateginya, di bawah ini!

Gimana, membantu banget kan?

Bagaimana dengan orang-orang dengan motivasi ekstrinsik?Tipe orang ekstrinsik

Well, golongan ini lebih banyak dipengaruhi oleh dorongan dari luar saat bekerja. Motivasinya beragam, mulai dari gaji, popularitas, penghargaan, atau faktor keluarga. Nah, saat mengalami kejenuhan atau stres, tentu saja treatment-nya berbeda. Mbak Devi memaparkan beberapa hal berikut sebagai strategi jitunya.

Kalau kalian kebetulan tipe ini, bisa banget dicoba untuk mengingat lagi apa sih yang udah kalian dapetin sejauh ini dari pekerjaan? Selain itu, temukan juga self value yang ada dalam diri kalian. Gampangnya gini, pas kalian lagi stuck dan bosen banget sama kerjaan, coba inget lagi bahwa pekerjaan itulah yang membuat kalian bisa melakukan hobi di luar kerjaan, misalnya traveling, menyenangkan keluarga, memiliki rumah, mobil, atau memungkinkan kalian memiliki dana lebih untuk fotografi, koleksi perhiasan, dan lain-lain.

 

Self Awareness sebagai Perangkat Mindfulness

Kesadaran diri, ternyata nggak hanya tentang bagaimana kita mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri loh, Temans! Tapi hal ini juga bisa dipakai sebagai perangkat mindfulness yang sangat luas. Jika dikembangkan lebih jauh, proses memahami diri ini bisa membangun empati dan membuat kita jauh lebih sukses di dunia kerja maupun dalam rumah tangga.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan seperti ini:

Yang kedua, kita juga bisa menentukan strategi mana sih yang paling pas untuk menyeimbangkan keduanya? Kita bisa pilih melatih jeda atau journaling sebagai tools yang cocok.

Berikut ini tools untuk mengecek nilai hidup kita:

Tips Meningkatkan Produktivitas ala Mindtera

Saya percaya menjadi produktif di mana pun juga, adalah life goals bagi semua orang. Makanya kemarin hepi banget pas Mbak Devi kasih tips menaikkan produktivitas kerja seperti di bawah ini.

Tips meningkatkan produktivitas

 

See…. Lengkap banget kan sesi stress management kemarin bareng Mindtera? Nggak hanya dapet banyak ilmu, saya juga ngerasa jadi lebih hepi karena bisa mengenal lebih dekat diri sendiri, sekaligus mendapatkan cara menyelesaikan masalah atau kendala yang ada. Mindtera berhasil menyadarkan saya kembali bahwa apapun pilihan kita, selalu ada peluang untuk bahagia, stress free, dan menjalani hidup dalam kepenuhan. Mindtera, kamsahamnidaaaa…!

Mindtera platform edukasi

Raih Suksesmu dan Maksimalkan Kualitas Hidup Bersama Mindtera!

Mindtera

Saya nggak ingin anak-anak mengulang masa lalu saya yang nggak mengenakkan. Karena itu saya berusaha untuk menstimulasi semua potensi dalam diri mereka dan mengembangkan bakat terbaiknya. Seperti teori Howard Gardner di atas, saya sadar nggak semua orang bisa jadi dokter, insinyur, ahli tambang, profesor, ataupun ahli komputer. Orang pintar nggak hanya dinilai dari kemampuan akademisnya semata. Tapi dari beragam kecerdasan yang mengiringinya. Semua orang terlahir unik dan spesial, dan semuanya berharga!

Karena itu, sejak awal saya tidak pernah menekankan anak-anak untuk selalu meraih nilai tertinggi dalam ilmu eksak. Saya juga bukan golongan orangtua yang senewen saat ulangan fisika mereka harus remedial. Tapi… saya akan sangat marah kalau mereka tidak jujur, tidak disiplin, tidak punya sopan santun, etika, empati dan hubungan baik dengan lingkungan sosialnya. Saya akan dengan senang hati mengajari mereka cara mengantri dengan benar dan sabar, ketimbang menuntut mereka mendapatkan ranking tertinggi di kelas.

Saya membebaskan anak-anak menjadi versi terbaik mereka, menstimulasi setiap potensi mereka, dan menghargai setiap pendapat mereka. Hal itulah yang membuat saya dan suami mengizinkan Si Sulung memilih SMK ketimbang SMA, hanya demi memenuhi mimpi kami. Sejauh ini, saya bersyukur dia sudah bisa memiliki proyeksi masa depan yang cukup baik, sesuai dengan passion dan bakatnya.

Untuk si kecil yang lebih suka bergerak, melompat, dan berbicara, saya juga menstimulasinya untuk tumbuh dan berkembang sesuai jati dirinya. Kesukaannya tampil memimpin, kepribadiannya yang ekstrovert dan sikap ramahnya, adalah modal terbaik untuk masa depannya. Tugas saya dan suami adalah mendampingi dan berjalan bersama anak-anak mengelola hidup lebih baik, demi meraih sukses dan prestasi.

Oya, dari tadi saya membahas soal stres ya? Hehehe… saking hepinya jadi lupa sama yang lain. Padahal Mindtera juga punya beragam kelas terkait permasalahan hidup, dunia parenting, fitness, dan banyak lagi yang semuanya kece abis.

Setiap membuka aplikasi Mindtera, saya langsung disambut dengan pilihan modul produktif sesuai kebutuhan, seperti stress release, sesi rehat, latih jeda, fitness, dan parenting. Sesi yang ringan tapi tetap hangat dan bermanfaat ini sukses bikin saya ketagihan loh.

Untuk sesi parenting, saya suka modul Cara Kekinian Mendisiplinkan Anak. Tips dan informasi dari pakar di sini membuka mata saya soal cara pandang anak tentang perintah orang tua, sekaligus memberi insight yang nyata dan aplikatif bagaimana mendisiplinkan anak tanpa marah. Kira-kira seperti ini pencerahannya.

Sesi parenting Mindtera

Nah, buat temen-temen yang penasaran dan pengen kelola hidup lebih baik kayak saya, cuss segera unduh aplikasi Mindtera di ponsel yah. Langsung klik link di bawah ini ya:

Link download aplikasi Mindtera di Android

Link download aplikasi Mindtera di IOS

 

Kalian juga bisa ikuti akun media sosial Mindtera di

Website: www.mindtera.com

Instagram @mintera.id

Facebook: Mindtera

Twitter: @mindteraID

 

Yuk kelola hidup lebih baik, dan maksimalkan kualitas hidup kita bersama Mindtera!

 

bety kristianto