Anak adalah buah hati orangtua. Hampir bisa dipastikan bahwa orangtua akan selalu memenuhi kebutuhan hidup putra-putrinya dan memastikan mereka memperoleh kehidupan terbaik. Kehadiran anak dalam rumah tangga juga menjadi pelipur lara dan pengobat rasa penat yang mendera setelah seharian penuh berjibaku dengan segudang aktivitas yang padat.
Namun, terkadang balita-balita lucu juga memiliki saat yang buruk dan dalam hitungan detik bisa menjadi sangat rewel. Beberapa anak bahkan mudah sekali menangis atau merajuk gara-gara keinginannya nggak terpenuhi. Hal ini tentu saja membuat orangtua jengkel dan kewalahan menghadapinya.
Anak kedua saya, Kevin, sering kali sangat sulit ditebak. Mungkin karena terlahir sebagai anak bungsu ya. Jadi sifat manjanya kelihatan sekali. Apalagi, saat ini saya tinggal bersama orang tua alias kakek dan neneknya anak-anak. Nangis dikit, langsung ribut deh orang serumah. Beda banget dengan anak pertama dulu yang lebih mandiri. Saya dan suami memang anggota P7 alias Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan 😁😁. Otomatis si kakak hanya tinggal bersama pengasuh. Nenek dan kakeknya pun jauh.
Well, kembali ke pokok masalah semua yes… Menghadapi anak yang cengeng alias gampang menangis memang butuh kesabarsn ekstra ya Moms. Kalau nggak, dijamin deh tensi darah bakalan membubung tinggi kayak layang-layang diterpa angin. Saya pun kadang masih begitu kok.
Tapi yang namanya ibu kan harus tampil smart ya. #ehem# Jadi, meski emosi udah setinggi Himalaya, kasih sayang haruslah tetap si barisan pertama. Kalau ngguroni emosi, ya pasti berantakan semuanya. Nah, agar Mommies lebih tenang menangani anak cengeng, beberapa tips berikut mungkin bisa dicoba.
Table of Contents
1. Pastikan kebutuhan pokoknya terpenuhi
Balita yang lapar atau mengantuk, cenderung lebih mudah rewel dan menangis. Karena itu, memastikan perutnya kenyang adalah langkah pertama yang biasanya saya lakukan. Kalau kita yakin lapar bukanlah alasannya rewel. Cobalah periksa apakah ini saat tidur mereka. Balita masih memiliki keterbatasan dalam mengungkapkan kesadaran dirinya akan sesuatu, dan menangis adalah salah satu cara termudah yang mereka mengerti.
2. Hindari kalimat perintah, terutama yang bernada mengancam
Pengalaman saya menghadapi anak yang tengah menangis cukup bisa diandalkan. Ketika saya melontarkan kalimat perintah seperti, “Ayo, diam nggak?” atau “Kalau nggak mau berhenti menangis, nanti Mami tinggal!” hanya akan membuatnya menangis lebih keras. Percaya deh hihihi. Jadii… lebih baik dekati dia dan berilah pelukan yang menenangkan. Meskipun kemungkinan besar dia akan menolak atau meronta, cobalah untuk bersikap sabar.
3. Perhatikan dan pelajari motif anak menangis
Ada anak yang sering kali memakai tangisan sebagai ‘senjata’. Nggak heran mereka akan menangis begitu keinginannya nggak dipenuhi. Wah kalau sudah begini, kita harus berhati-hati nih, Moms. Selalu merespon hal ini dengan memberi apa yang anak minta, justru akan membuatnya paham bahwa menangis adalah senjata paling ampuh. Dia akan semakin intens menggunakan cara ini untuk mendapatkan keinginannya.
Kalau menurut saya, tolaklah tangisan yang manipulatif dan tinggalkan dia sendirian. Saya sering kali memasang aksi ‘bisu’ saat anak-anak menunjukkan gelagat seperti ini. Mereka akan membuntuti saya ke mana-mana dan berharap saya akan menyerah pada tuntutannya. Tapi hal itu tidak saya lakukan. Baru ketika tangisnya mereda, saya akan mendekatinya dan menenangkan. Tujuannya agar anak paham bahwa percuma saja mengulang perilaku seperti itu di lain waktu.
4. Kenalkan anak pada aturan
Balita juga memerlukan keteraturan. Karenanya, sejak dini kita harus mulai mengenalkan aturan-aturan sederhana. Misalnya sebelum makan harus berdoa dan mencuci tangan. Nah,dari situ anak akan belajar bagaimana bersikap sesuai aturan dan tidak mudah menangis hanya karena hal-hal yang sepele.
5. Peduli perasaannya
Menangis selalu melibatkan emosi. Karena itu akan sangat baik jika Mommies memahami perasaan anak. Memarahinya saat sedang menangis tidak akan membawa perubahan apapun. Anak justru bisa merasa diabaikan. Lebih baik mencoba mengerti betapa sedihnya dia karena tidak diizinkan bermain pisau atau gunting. Lalu, kita jelaskan alasan kita melakukannya. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, anak akan paham dan lain kali tidak akan menangis lagi.
Nggak ada petunjuk atau rumus mutlak yang harus dilakukan untuk menghadapi anak yang sedang rewel. Tahu kenapa? Karena kita sedang berurusan dengan manusia, bukan robot. Anak-anak itu punya hati dan kehendak bebas. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengarahkannya supaya bisa bertumbuh dengan baik. So, keep doing your best!
Selamat menjadi orangtua hebat ya, Moms!
❤❤
Bety
hallo mba betty,
tapi memang anak ada masa2nya tantrum dan rewel ya mba. tinggal bagaimana kita menghadapinya. terkadang kalau kita sedang dalam kondisi cape, rada emosi juga hehe.
terima kasih ya mba untuk sharingnya.
Peduli pada perasaan….,sepertinya saya yang minta anak peduli pada perasaan saya yaak hiks!
Sharing yang bermanfaat Mbak Bety:)
Yang jelas pasti ada masa nya. Tapi anakku cenderung “baik banget ” kalau udah ngantuk, bosan dan lapar. ehehhe itu mah semua anak kayanya gitu ya. Dan aku setuju tentang memahami perasaan anak, kadang karena merasa orangtua kadang jadi abai terhadap perasaan anak.