betykristianto.com I Internet Provider Cepat – “Mami, sampai kapan sih, kita harus kayak gini? Aku bosen!” Kata terakhir yang keluar dari mulut si Kakak barusan membuat kerongkongan saya tercekat. Masih jelas di ingatan saya, momen obrolan di awal-awal pandemi 3 tahun lalu. Si sulung, anak laki-laki ABG yang sedang aktif-aktifnya berkawan dan mengeksplorasi itu, tertunduk lesu menatap lantai kamarnya. 

Pandemi memang berat. Tak hanya orang dewasa yang merasa stuck, bosan, lelah, galau dan pesimis. Anak-anak pun tak luput dari krisis psikologis. Masa-masa tumbuh kembang mereka yang seharusnya diisi dengan beragam kegiatan, eksplorasi dan sosialisasi penuh warna bersama teman sebaya, nyatanya harus dihabiskan di balik tembok-tembok kokoh yang terasa seperti penjara. 

Anak saya mungkin hanya satu di antara jutaan anak Indonesia yang menjadi bagian dari ‘generasi korona’, sebuah sebutan bagi mereka yang terpaksa terhempas dari sekolah dan harus rela belajar hanya dengan menatap layar. Perubahan drastis di segala bidang kehidupan memaksa mereka harus siap dan cepat beradaptasi demi bertahan hidup. Korona memang merubah semua, termasuk daya juang, persepsi, dan tata cara manusia melakoni hidup. 

 

Proses membersamai Gen-Z di tengah pandemi

Setiap kita tentu menjalani hidup yang tak mudah selama 3 tahun terakhir. Pun demikian halnya dengan saya. Mendampingi ABG yang sedang bertumbuh pesat, sementara harus tetap menjaga diri tetap waras di tengan suara sirine ambulans yang meraung setiap saat, bukanlah perkara gampang. Beberapa kali, saya overwhelming, overthinking, dan oleng. Terlebih saat ibu berpulang, dan beberapa kerabat juga pergi bersama si virus jahat. 

Tapi, bukan manusia namanya kalau nggak bisa move on. Sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia, kita dibekali kemampuan bertahan dan beradaptasi yang sangat mumpuni. Dan itulah yang saya percaya terjadi pada saya dan keluarga. Lewat beragam peristiwa, kami berproses dan belajar banyak hal untuk memperbaiki diri. 

Tentu, tidak semua fase pembelajaran kami lalui dengan mulus. Beberapa kali, air mata dan adu otot menjadi bagian dari langkah pendewasaan diri. Namun, kami bersyukur sampai di titik ini dan menjadi pribadi yang kuat dan mengalahkan tantangan. 

Tak hanya mampu melewati masa 3 tahun ini dengan selamat, saya sungguh bersyukur si sulung kini telah banyak berubah ke arah yang lebih baik ketimbang sebelumnya. Kalau dulu dia selfish, sekarang jauh lebih wise. Dulu sering masa bodoh tentang banyak hal, kini bahkan sudah mampu menghasilkan dolar pertama hasil kerja kerasnya, dan punya proyeksi masa depan yang luar biasa. Masa rehat bumi kemarin memang membawa kami beberapa level lebih tinggi dalam menjalani hidup. 

Gen-Z dan internet

Lalu, apa saja sih jurus jitu pengasuhan Gen-Z?

Anak-anak Gen-Z cenderung open minded dan punya pengetahuan yang sangat luas karena akses informasi yang terbuka lebar. Mereka sangat lekat dengan teknologi dan memiliki motivasi yang tinggi untuk terus berkembang.  Karena itu, sebagai orang tua kita juga harus memakai pola pengasuhan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Berikut ini beberapa contoh pola pengasuhan yang bisa diterapkan untuk Gen-Z.

Jadi role model yang baik

Mengasuh Gen-Z tidak bisa dilakukan dengan cara-cara lama. Untuk meraih hatinya, orang tua harus menjadi role model yang baik. Se-simple menanamkan kebiasaan merapikan tempat tidur setiap pagi, bisa jadi contoh yang baik bagi mereka. Tak perlu bossy dan main perintah ini itu yang ujung-ujungnya bakalan zonk

Pahami dunianya

Gen-Z lahir berdampingan dengan perkembangan teknologi yang melaju kencang. Karena itu, untuk membersamai mereka kita perlu memahami dunianya, dan menyesuaikan diri dengan karakteristiknya yang cenderung ambisius, egosentris, dan mungkin saja individualistis. Emang udah template-nya begitu, jadi jangan diambil pusing! 

Dengan akses informasi yang begitu mudah, Gen-Z memiliki pengetahuan yang sangat luas. Namun di satu sisi, mereka ini cenderung menyukai hal-hal instan dan kurang tertarik untuk mengikuti proses. Tugas orang tua adalah mendampingi dan memastikan mereka tidak mengakses informasi dan konten-konten nirfaedah apalagi yang berbau hoaks.   

Gali minat dan bakatnya

Dengan kelekatan yang begitu tinggi terhadap teknologi, Gen-Z umumnya menaruh minat pada hal-hal berbau teknologi, berinteraksi aktif di media sosial, serta menunjukkan aneka bakat yang berhubungan dengan hal-hal tersebut. Youtuber, selebgram, influencer, blogger, vlogger dan bermacam profesi lain yang erat hubungannya dengan teknologi internet menjadi profesi baru yang digemari di kalangan Gen-Z. 

Mengingat hal ini, nggak ada salahnya sebagai orang tua kita juga menaruh perhatian besar pada bidang ini. Cari dan temukan minat dan bakat spesifik dari anak-anak kita, lalu beri mereka kesempatan untuk berkembang secara maksimal.

Pada kasus saya, kebetulan sejak dini sekali sulung saya sudah menunjukkan skill bermusik yang cukup dominan, di samping kemampuan menggambar yang baik. Belakangan, dia juga memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap dunia digital kreatif, seiring bertambahnya usia dan kemampuannya. Hal inilah yang kemudian jadi ‘senjata’ saya memupuk kepercayaan dirinya untuk bangkit dari keterpurukan mental seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini. 

internet provider cepat

Diawali dari ngulik software editing foto seperti Corel Draw dan Photoshop, kemudian beralih ke dunia musik digital, dia bereksplorasi dengan bebas dan maksimal. Saya sempat dibuat amazed dengan kemampuan musikalitas otodidaknya yang meroket luar biasa. 

Selama hampir setahun belajar musik digital, beberapa karya remix-nya mendapatkan pengakuan dari musisi-musisi beken musik tanah air, seperti Eka Gustiwana dan Rinni Wulandari, jebolan Indonesia Idol itu. Mereka bahkan beberapa kali me-repost karya anak saya di media sosial pribadinya. 

Kini dia telah melebarkan sayap kemampuannya membuat konten ke ranah videografi. Saat ini, sudah hampir 1,5 tahun dia mengerjakan beberapa job dari klien di luar negeri dengan bayaran dollar. Bangga? Tentu saja! Bukan masalah dolarnya, tapi saya jauh lebih bangga dan bahagia melihatnya memasuki fase yang lebih tinggi sebagai seorang pribadi. 

Berikan dukungan penuh

Selain doa dan support logistik, dukungan lain yang saya berikan untuk si Sulung adalah memastikan adanya internet provider terbaik di rumah. Tak hanya butuh kecepatan tinggi, untuk kerjaan-kerjaan digital seperti ini, tentu saja dia butuh sinyal yang stabil, gak lep-lepan apalagi tiba-tiba ilang kayak mantan

Ngomong-ngomong soal internet provider terbaik, saya pakai IndiHome dari Telkom Indonesia untuk memenuhi kebutuhan akan koneksi Wifi rumah yang stabil dan kencang. Kami benar-benar terbantu dengan adanya IndiHome di rumah. Aktivitas online seluruh anggota keluarga nyaris tak pernah terganggu karena kehabisan kuota atau jaringan yang terkendala.

Tak hanya memastikan koneksi internet rumah selalu on, Telkom Indonesia juga memberikan layanan lain bagi para pelanggan IndiHome. Seperti akses TV kabel berkualitas HD, maupun tayangan beragam saluran terpilih dan terbaik. Soal layanan keluhan pelanggan juga tak perlu diragukan lagi. Seluruh staf dan channel khusus pelayanan pelanggan IndiHome memberikan servis dan penanganan petugas back office maupun teknisi terbaik.

Kesimpulan

Manusia adalah makhluk yang diberikan banyak privilege dan kemampuan luar biasa oleh Sang Pencipta. Terkadang, situasi dan kondisi memaksa kita untuk beradaptasi dengan cepat, sehingga bisa mengeluarkan potensi yang selama ini terpendam dan tidak kita sadari. 

Pengalaman saya membersamai Gen-Z di tengah krisis dan pandemi kemarin, semakin meyakinkan saya bahwa selalu ada jalan keluar di tengah himpitan. Era teknologi digital saat ini membuka kesempatan dan peluang yang sangat lebar untuk kita semua belajar dan bertransformasi menjadi orang-orang yang tak lagi gaptek. Sebaliknya, kita bisa memilih untuk bersahabat dengan internet dan teknologi, untuk meningkatkan kualitas diri sendiri dan orang lain. Dan untuk itulah, kita butuh IndiHome dari Telkom Indonesia sebagai penyedia layanan internet cepat terbaik di tanah air. 

bety kristianto