betykristianto.com I Wisata Bali Utara – Siapa yang bisa nolak ajakan ke Bali? Kayaknya nggak ada sih hehehe. Itu juga yang muncul dalam benakku pas ditawarin paksu untuk menghabiskan liburan akhir tahun lalu. Tadinya, si kakak pengen ke Malaysia. Soalnya pas terakhir vakansi itu cuma ke Legoland dan belum menjelajah sisi lain negeri jiran itu. Tapi pas dipikir ulang, pilihan final jatuh pada Pulau Dewata.

Meski udah beberapa kali berlibur ke Bali, kami tetep excited merencanakan libur yang lumayan panjang kemarin. Emang udah sejak lama aku bilang ke suami kalau next ada kesempatan ke Bali lagi, aku pengen eksplor Bali utara. Selama ini kami selalu wisata ke daerah tengah dan selatan.

Sebagai emak-emak anti mati gaya, aku selalu suka merencanakan liburan keluarga tuh jauh-jauh hari sebelumya. Apalagi ini serombongan sirkus. Bawa lansia dan bocil, pastinya males kalau semua serba “liat aja ntar deh!” gitu. So, dua bulan sebelumnya, aku udah liat-liat OTA untuk tiket pesawat dan booking hotel.

Awalnya kami pengen nyobain naik sleeper bus Jogja-Bali. Tapi pas diitung-itung, selisih bujetnya nggak seberapa jauh ketimbang naik pesawat. Belum lagi urusan waktu yang beda jauh banget. Fix, naik pesawat PP adalah pilihan terbaeque buat tim hore-hore ini.

Jangan tanya kami naek ekonomi apa bisnis yes. Udah pasti pake banget, simbok satu ini akan pilih maskapai dengan harga paling affordable dong. Toh cuman buat sejam doang di atas awan, dan kami juga bukan geng tajir melintir yang gak peduli soal duit mengalir. Hihihi….

Short story goes, dua bulan sebelum hari H, kami udah ngantongin tiket pesawat PP, hotel dan juga mobil sewaan untuk kami pakai selama di Bali. Setelah memastikan semua pemesanan kami terkonfirmasi, tinggal tunggu D-Day. Yuhuuuu, Bali, kami segera datang!

Ke Mana Aja di Bali Utara?

Kayaknya nggak banyak wisatawan yang familier dengan obyek wisata di kawasan ini. Layaknya kami dulu yang setiap ke Bali selalu menikmati keindahan Bali bagian selatan. Padahal, Bali utara tuh nggak kalah indah loh. Cuman, daerah ini relatif lebih kalem, adem, dan tenang. Jauh berbeda dengan Bali selatan yang riuh, panas, dan cenderung mainstream.

Bali utara, memiliki banyak tempat wisata alam berupa curug atau air terjun, danau, dan dataran tinggi yang adem. Pantai-pantai di sini juga lebih tenang ketimbang pesisir selatan yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia.

Dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, kita harus menempuh jalan darat sekitar 3-4 jam. Untungnya, jalanan aspalnya mulus meski trekingnya cukup menantang. Sepanjang jalan, kita disuguhi pemandangan alam yang cukup indah dan sangat alami. Pastikan saja kondisi kendaraan fit ya.

Wisata Bali Utara yang Recommended

Atraksi Lumba-Lumba di Pantai Lovina

Ini adalah salah satu hal wajib yang harus dilakukan saat ke Bali utara. Denger-denger Lovina adalah salah satu tempat favorit mamalia air terbesar itu menampakkan diri di atas air. Nggak heran kalau wisata yang ditajuk Feeding the Dolphins ini selalu laris manis. Untuk biaya yang dikenakan per orang rata-rata 100-150 ribu rupiah, tergantung kapasitas perahunya.

Tapi, saran aja sih kalau mau liat atraksi ini kita harus pinter ngepasin timing yang tepat. Karena kalau salah musim yang ada kena zonk kayak kami kemarin wkwkwk. Katanya, waktu terbaik melihat lumba-lumba adalah bulan Mei-Agustus atau saat musim kemarau. Kebetulan, kami kam datengnya pas Desember, which is musim ujan, alhasil nggak satu lumba-lumba pun yang kami temui. Hiksss…

Tapi nggak papa, minimal kami dapet pengalaman naik perahu motor di laut selama 2 jam. Kejar-kejaran sama perahu-perahu lainnya seru banget rasanya. Kayak di film-film gitu deh.

Merasakan tamparan angin laut yang lembap dan lengket di bawah hangatnya sinar mentari yang ditingkahi sedikit awan, bikin Kevin ketawa kegirangan. Terutama, pas terkena cipratan air laut yang asin. So, kalau kalian penasaran pengen ngerasain pengalaman yang sama -dan sukur sukur bisa ketemu lumba-lumba – sok datengnya pas musim kemarau ya.

Puncak Wanagiri

Awalnya bingung tempat wisata ini ada di sebelah mana, akhirnya kami sempet kesasar-sasar. Pertama karena nggak ada petunjuk arah yang proper, kedua karena nggak ngerti tempat ini tuh seperti apa sebenernya. Ketiga nggak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya wahana, tempat, atau apapun yang tampak seperti tempat wisata.

Akhirnya setelah bertanya-tanya dan bolak-balik  beberapa kali, baru ngeh kalau ternyata yang dinamain Puncak Wanagiri itu semacam spot foto yang menghadap ke arah Danau Bunyan. Lokasinya ada di dekat jalan raya Buleleng – Denpasar. Sayangnya, minim petunjuk arah yang tepat.

Sepanjang jalan menuju Puncak Wanagiri ini ada beberapa spot foto yang mirp-mirip. Tempatnya nggak terlalu luas. Jadi hanya semacam pinggiran tebing danau yang tinggi, di tepi jalan raya, dan dibangun beberapa properti foto dengan lake-view yang ciamik. Kita harus pintar-pintar nemuin spot mana yang punya lake-view paling oke, biar nggak nyesel.

Kami yang berbekal foto dari Google review, beruntung bisa nemuin spot terdebest dan akhirnya memutuskan untuk berhenti di sebuah resto sambil makan siang. Rintik hujan yang nggak berhenti dari pagi, bikin suasana makin adem dan kabut pun turun. Eksotis banget sebenernya, tapi sayang kabut bikin pemandangan ke arah danau jadi tertutup. Udah gitu, properti foto yang ada juga basah dan harus nunggu sampai semuanya memungkinkan untuk berfoto.

Sementara menunggu, kami memesan menu makan siang yang lumayan enak. Selepas makan, aku, kakak, dan si papi nyebrang jalan dan popotoan sebentar sambil berkejaran dengan hujan.

Untuk bisa berfoto di Puncak Wanagiri ini, ternyata ada gate dan loket pembelian tiket, Gaes. Jadi konsepnya, kita brenti di resto atau warung-warung yang ada, trus pesen makan di gazebo sepanjang pinggiran danau, trus poto-poto. Kalau mau poto di spot yang paling bagus dan dengan properti yang proper, per orang kena 55K sepuasnya. Tapi kalau pas ramai kayaknya maksimal 15-20 menitan dan harus gantian sama pengunjung lain. Kalau nggak mau bayar, kita bisa poto di gazebo, atau di ruang-ruang kosong yang ada. Tentu, dengan pemandangan seadanya juga. Wkwkwkwk.

Kebetulan pas kemarin kami ke situ, nggak ada orang lain jadi puas poto-poto. Pas mau udahan, baru ada beberapa pengunjung baru yang datang. Cuss, kami pun udahan setelah mengantongi puluhan foto estetik.

Handara Gate

Udah sejak lama akutuh ngidam pengen poto di sini, terlebih pas ngeliat poto rangorang yang kayaknya keren banget. Jadi pas kemarin bisa keturutan tuh rasanya puas deh. Lokasinya ada di deket Farm House, masih di jalan raya Buleleng – Denpasar. Nggak jauh-jauh dari Pura Ulundanu juga.

Kalau di sini, harus nyetok sabar banyak-banyak ya Ges ya.. biar pas dipoto mood-nya masi bagus. Kayak gini nih.

Pura Ulun Danu Bratan

Ini adalah pura yang sangat femes dan pernah ada di uang kertas pecahan 50 ribu. Beberapa kali ke Bali, aku baru kali ini bisa ke sini. Kayaknya pura ini juga jadi salah satu destinasi wajib kalau kita wisata ke Bali Utara ya. HTM-nya sangat terjangkau, yakni 40K untuk dewasa dan 20K untuk anak-anak di weekdays. Sedangkan weekend berlaku tarif 50K untuk dewasa, sedangkan anak-anak tetap 20K.

Setelah membeli tiket masuk, kita bisa berkeliling mengitari pura yang asri ini. Ada banyak pepohonan dan bunga-bunga indah sepanjang kanan kiri jalan setapaknya. Kita bisa mengambil foto selfie di mana aja deh kayaknya, bebas. Saking banyak banget spots yang bisa kita jadikan background foto. Namun tentu saja yang paling ikonik adalah sekitaran The Floating Temple yang lokasinya ada di tengah-tengah Danau Bratan ini.

Pura Ulun Danu Bratan

Kebetulan, kami dateng pas hujan. Untungnya ada banyak tukang ojek payung. Kita bisa sewa 10K satunya, sepuasnya. Nanti kalau sudah selesai payung bisa kita kembalikan di dekat loket penjualan tiket.

Karena lagi high season, ada banyak banget wisatawan yang dateng, baik domestik maupun mancanegara. Udah gitu, hujan gerimis sejak pagi bikin sesi poto-poto hari itu agak ribet. Belum lagi anak kicik yang sering manyun gegara disuruh pose atau nungguin emaknya yang masih pengen poto, makin rempong aja mau cekrak-cekrek. Padatnya pengunjung ke tempat wisata ini juga sedikit jadi kendala mau ambil poto banyak-banyak. Tapi ya sudah, dibawa hepi aja. Namanya juga liburan high season. 

Kebun Raya Bali

Next ada Bali Botanical Garden alias Kebun Raya Bali yang bisa kita datengin bersama keluarga. Sesuai namanya, tempat ini masih satu grup dengan Kebun Raya Bogor. Tapi, di sini jauh lebih sepi, cuaca juga lagi dingin karena gerimis dan kabut tipis.

Tiket masuk ke sini sangat terjangkau, yakni 30 ribuan saja. Tapi kalau kamu mau keliling pake buggy, harus rogoh kocek lebih dalem, yaitu 40K per orang untuk keliling kebun yang luasnya ratusan hektar ini. Awalnya, kami mau jalan kaki aja tapi niat itu auto ambyar pas lihat peta dan kebayang kaki bakalan gempor kalau nekat keliling sendiri. Apalagi cuaca bulan Desember yang sangat syahdu, bikin niat makin ciut.

Kebun Raya Bali

Koleksi flora di sini lumayan banyak. Sayang, beberapa di antaranya tampak kurang terawat. Misalnya di bagian Orchid Garden yang kupikir bakalan semarak dengan bunga warna-warni gitu. Ternyata zonk, karena yang ada kebanyakan anggrek hutan yang hanya dedaunan. Ada sebagian kecil jenis anggrek yang lagi berbunga tapi bunganya kecil-kecil dan warnanya pucat.

Yang cukup menarik di sini adalah Taman Kaktus. Kami sempat ambil banyak foto di sini dengan aneka kaktus mulai dari yang kecil sampai yang raksasa. Selain itu, ada juga Giant Tree yang jadi ikon paling femes kebun raya ini, letaknya di ujung terjauh dari main gate alias pintu masuk. Kata mas guidenya, umur pohon ini sudah lebih dari 200 tahun. Wiiii.. mantul, Rek!

Lanjut lagi ada danau yang (kalau ditarik garis lurus) lokasinya berseberangan dengan Danau Beratan di kejauhan, dan di sini pengunjung bisa menggelar tikar untuk sekedar ngobrol atau bahkan makan siang sama rombongan di atas rumput hijau yang terhampar luas. Ada menjangan juga yang bikin suasana makin asik.

Kemarin lagi-lagi karena ujan, dan capek tentu saja, kami pilih skip outdoor activities dan prefer balik ke arah main gate untuk kemudian lanjut ke Tanah Lot.

Dalam perjalanan balik ke main gate, kami ketemu dengan beberapa kelompok kecil wisatawan yang lagi jalan kaki. Asik juga sebenernya kalau pas kita punya cukup energi dan nggak lagi terburu-buru. Jadi bisa sekalian olahraga dan menikmati alam yang sangat tenang. So, cuss ke sini kalau kalian termasuk genk penikmat alam ya. Dijamin nggak akan nyesel.

Farm House

Berada di dataran tinggi dan dipagari perbukitan yang hijau, Bali Farm House menawarkan wisata edutrip yang menyenangkan, terutama buat para bocils. Meski harga tiket masuk lumayan pricey, tapi sebanding dengan pengalaman yang didapet di dalamnya.

Bali Farm House

Lokasi tempat wisata ini nggak jauh dari Pura Ulundanu juga, dan masih berada sejalur dengan jalan raya Buleleng-Denpasar. Di sini, pengunjung bisa menikmati sejuknya hawa pegunungan dan indah warna-warni bunga yang bermekaran.

Koleksi satwa di sini belum terlalu lengkap. Mungkin karena masih tergolong baru ya, jadi masih berbenah. Di sini juga ada playground untuk anak-anak dengan konsep outdoor tapi tetap nyaman karena suhu udara yang sejuk. Jadi nggak usah takut keringetan. Cuma, harus ekstra sabar karena bocils yang main di area ini buanyaaak bingits.

Kesimpulan

Nah, itu tadi Genks, 6 tempat wisata Bali Utara yang nggak kalah kece sama tempat-tempat femes di Bali Selatan. Gimana, udah nggak bingung lagi dong, mau ke mana kalau lagi di Bali utara. Jadi, kapan plesirannya?

bety kristianto