The Ayanaz Gedong Songo – Tepat setahun kemarin, saya bervakansi ke Gedong Songo, sebuah wilayah yang berada di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Bukan! Aslinya saya bukan pengin berwisata candi.

Lha terus ngapain ke Gedong Songo? Ehm, jadi si Ayanaz ini lokasinya emang di dalam area candi Gedong Songo. Gitu. So, pengunjung yang pengen ke sini wajib beli tiket masuk candi Gedong Songo yang eksotis itu. Tapi, untuk bisa masuk ke area Ayanaz, kita harus beli tiket lagi. Jadi emang dua kali beli tiket deh.

Terletak di kaki Bukit Ungaran, area wisata candi Gedong Songo dan the Ayanaz ini memiliki hawa sejuk yang enak banget. Bikin betah gitu lah. Tapi, karena kalau pas siang ya tetep aja sih sinar mataharinya kerasa panas gitu di kulit. Makanya, saya pilih pakai baju lengan panjang. Awalnya mau pake topi juga tapi nggak punya hehehe.

Trip to the Ayanaz Gedong Songo

Perjalanan Jogja-Bandungan kami tempuh sekitar 5 jam. Termasuk lama, karena kami sempet salah jurusan. Harusnya lebih cepat lewat Klaten dan masuk tol Boyolali, tapi kami malah lewat jalur biasa, yakni lewat Magelang. Alhasil, kejebak macet dan terpaksa harus merayap. Belum lagi, begitu memasuki sekitaran Bandungan, jalanan udah macet to the max. Begitu banyak mobil yang menuju ke arah Gedong Songo ini. Kayaknya emang tahun lalu itu Ayanaz ini lagi ngehits banget. Selain itu, juga ada banyak destinasi lain yang enggak kalah menariknya di sekitaran sini. So, nggak heran kalau pas long wiken kayak waktu itu pengunjung berjubel. Apalagi belum ngetren si Covid-19 kayak sekarang.

Sekitar pukul 10:30 sebenernya kamu udah sampai di dekat pintu masuk Gedong Songo. Kalau nggak salah, maps di ponsel saya menunjukkan jarak dari lokasi kami ke venue tinggal 2 km lagi. Udah terlanjur seneng, eh ternyata antrian mengular membuat kami terjebak macet total di tengah medah jalan yang mendaki, sempit dan berkelok.

Akhirnya kejadian mati mesin seperti kemarin pas ke Susan Spa and Resort itu bikin senewen. Mana saya kebelet vivit lagi, huhuhu. Campur aduk rasanya. Sempet mampir sebuah resto sekedar pengen numpang ke toilet, udah masuk parkiran diusir sama satpam gegara bilang mau numpang pipis doang. Ih, jahat banget deh pokoknya. Terpaksa saya tahan HIV itu sampai sejam kemudian, saat kami sampai di areal candi.

Jarak 2 km tadi, nyatanya harus kami tempuh hampir sejam karena macet total tal tal tal. Kebetulan, cuaca lagi panas banget, dan semua orang tampak nggak sabar. Jadilah pada berebut jalan yang alhasil tambah macet.

Setelah drama mati mesin, nahan vivit, dan esmonjit, kami sampai di areal parkir yang cukup dekat dengan pintu masuk candi sekitar jam 11.30. Karena almarhum ibu saya nggak kuat ikut jalan kaki ke atas, hanya saya, papi, dan anak-anak yang naik. Ibu sama bapak cukup rela tinggal di warung deket parkiran aja, sambil menikmati kudapan.

Pas udah ada tiket masuk di tangan, kami pun bergegas melalui puluhan anak tangga menuju area candi ini. Ada jalan setapak yang bisa kita lalui, dan di samping kanan kirinya banyak penjual makanan kecil dan minuman. Selain itu, ada banyak kuda yang dituntun oleh pawangnya yang bisa kita sewa untuk menjelajahi kesembilan candi yang ada di seluruh areal ini.

Sembilan? Yup, dinamakan candi Gedong Songo memang karena jumlah candi di sini tuh ada sembilan (songo artinya sembilan dalam bahasa Jawa). Dan asal tahu aja, setiap candi ada di tingkat yang lebih tinggi dibanding candi sebelumnya dan jarak antar candi cukup berjauhan. Which is candi 9 berada di tempat tertinggi. Kalau pengunjung yang kondisi fisiknya prima bisa berjalan kaki. Lha kalau yang malas atau memang gak siap secara fisik, bisa sewa kuda tadi.

Candi Gedong Songo

Berpose di Candi Gedong II

 

Menurut catatan sejarah, candi Gedong Songo ini “ditemukan” oleh Sir Thomas Stamford Raffles tahun 1740. Tapi waktu itu baru 7 candi yang terlihat makanya disebut candi Gedong Pitu. Belakangan, di tahun 1908 ditemukan 2 candi lagi oleh arkeolog Belanda bernama Van Stein Callenfels. Sejak itu, namanya berubah menjadi candi Gedong Songo.

Berbeda dengan candi-candi lain, Gedong Songo ini terbilang cukup unik karena tidak ditemukan prasasti atau petunjuk apapun terkait keberadaannya. Bahkan karena alasan tersebut, hingga kini para arkeolog dan ahli sejarah masih meneliti segala informasi yang berhubungan dengan candi ini. Namun, menilik dari kemiripan bangunannya dan relief dengan candi-candi di Dieng, diduga candi Gedong Songo ini juga dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya, sekitar abad ke-8, meski belum bisa dipastikan tahun berapa. Nah, masyarakat sekitar sendiri percaya candi ini dibangun oleh Ratu Sima sebagai tempat untuk bersemedi.

Karena niat awalnya emang nggak pengin berwisata candi, saya dan keluarga langsung menuju ke destinasi awal : The Ayanaz. Letaknya di bagian kiri areal candi, nggak jauh dari pintu masuk utama. Saking udah lamanya main ke sini, saya lupa harus bayar berapa untuk bisa foto di Ayanaz. Kalau nggak salah sekitar 25K gitu. Hahaha. Hampuraaa…

Baca juga : Heha Sky View, Venue Asyik Nikmati Jogja dari Ketinggian

Tempat wisata ungaran

 

Masuk gerbang utama the Ayanaz, kita akan langsung ketemu sama spot-spot kece yang ngawe-awe untuk dijadikan tempat berfoto. Sayang, lagi-lagi, pengunjung yang membludak cukup menyulitkan saya untuk mengambil foto. Apalagi di beberapa titik yang antriannya mengular dan beberapa nggak sabar trus main serobot aja. Mana cuaca kurang mendukung juga sih. Panas, dan gerah banget.

 

The Ayanaz Gedong Songo

 

Tapi, demi apapun, banci kamera yang satu ini tetep aja cekrek cekrek meski potograpernya rada manyun. Heheh. Kasian si kakak, terpaksa rela motoin emaknya, demi embel-embel “berbakti pada orang tua’’

Pemandangan di the Ayanaz Gedong Songo

 

The Ayanaz Gedong Songo

 

Temen-temen bisa lihat sebagian hasil karya si kakak lewat foto-foto yang terpampang dalam tulisan ini ya. Nggak semua foto saya upload, soalnya banyak juga yang ngeblur karena buru-buru take-nya atau karena angle-nya emang susah dibidik. Banyak muka-muka asing yang in frame gitu, deh. Huhuhu..

Puas poto-poto di area the Ayanaz, kami mencoba menyusuri beberapa candi yang dekat aja. Berhubung bawa Kevin yang kebetulan waktu itu lututnya bonyok abis jatuh dan saya sendiri juga udah capek, kami hanya kuat menyambangi candi I dan II aja, abis itu turun lagi.

Selama berkeliling candi saya sangat prihatin karena di sana sini banyak tercium bau pesing dan sampah berserakan. Entah apa memang pengunjung yang usil dan nggak peduli lingkungan. Atau petugas kebersihan yang kurang memadai. Yang jelas pas taun kemarin itu ke sana kondisi kebersihannya sangat kurang. Semoga ke depan pihak pengelola bisa lebih baik lagi dan pengunjung juga makin sayang dong sama lingkungan. Ini kan warisan cagar budaya ya…. plis deh.

Tempat wisata di Semarang

Tips Buat Kalian yang Pengen ke the Ayanaz Gedong Songo

  1. Pastikan mobil dan sopir dalam kondisi prima. Buat kalian yang belum terbiasa medan jalan yang menanjak, berkelok dan sempit sebaiknya berhati-hati atau menyewa sopir akan jadi pilihan yang tepat.
  2. Pastikan kondisi fisik kalian fit, karena medan yang ditempuh sejak di perjalanan berkendara sampai di venue cukup menantang. Ada baiknya berangkat agak pagian, untuk antisipasi kemacetan seperti saya kemarin.
  3. Bawa perbekalan makan dan minum yang cukup. Meski di banyak yang jualan, tapi akan lebih baik menyiapkan semua sendiri.
  4. Pakai pelindung diri yang diperlukan. Semisal topi, kacamata hitam, sunscreen dan lain-lain. Udara di sini relatif sejuk, tapi mataharinya nggak mau kalah.

Baiquelaah… Itu tadi sedikit tjurhat cerita tentang jalan-jalan kami ke The Ayanaz Gedong Songo. Gimana, mau ke sini kapan?

bety kristianto