Review Novel Perempuan-perempuan yang Menolak untuk Menyerah – Mengayuh biduk pernikahan yang tenang dan bahagia adalah keinginan dan harapan setiap perempuan. Namun kenyataannya, terkadang ada kerikil bahkan badai yang harus dihadapi. Nah kali ini saya ingin berbagi resensi buku terbitan Cloverline Creative yang berjudul Perempuan-perempuan yang Menolak untuk Menyerah. Buku ini adalah kumpulan cerpen berdasarkan kisah nyata tentang perjuangan seorang istri demi mempertahankan pernikahan.

Sang penulis kebetulan adalah sahabat saya yang juga seorang lawyer. Bunda Ina, demikian saya sering menyapanya. Kami berkenalan saat sama-sama mengikuti training menulis fiksi di sebuah komunitas. Meski profesi menuntutnya menjadi seorang yang tegas dan kadang terkesan kaku, ternyata ibu cantik ini menyimpan skill menulis yang tak bisa diremehkan.

 

review novel perempuan-perempuan yang menolak untuk menyerah

Bersama penulis saat launching buku solo saya 😊

 

Saya sering heran dengan kemampuan multitalentanya yang yahud. Pagi-pagi beliau bilang sedang sibuk meeting atau mengikuti persidangan di pengadilan. Lha kok malamnya sudah nyetor tulisan yang isinya oke punya. Tambah kaget lagi saat beliau bilang buku solonya sudah mau launching. Hihihi… keren pisan pokokna mah. Makanya saat buku ini masuk masa Pre-order, saya langsung ngacung dan ngantri mendapatkannya langsung sari tangan sang penulis.

Caranya Bunda Ina menggambarkan situasi, karakter dan penokohan masing-masing tokoh dalam setiap cerita mampu membuat saya meleleh sendiri. Abis itu, manggut-manggut mengiyakan betapa perempuan itu kuat sekaligus rapuh. Kata-kata yang dipergunakan sederhana, tapi mengena. Pokoknya enak dikunyah namun tetap indah. Sama seperti buku Alestanova yang pernah saya bedah sebelumnya.

Nah, biar teman-teman nggak penasaran, ini saya bocorin sekilas isi buku tersebut.

 

Review Novel Perempuan-perempuan yang Menolak untuk Menyerah

Dalam cerpen berjudul Bukan Aku, Vika harus berjuang mendapatkan hak asuh Jefri, anak keduanya. Hendra, sang suami, bersikeras menceraikannya demi menikahi wanita lain. Karena kurangnya pengetahuan akan dunia hukum, Vika tak sadar kalau suaminya telah menceraikannya, lalu mengambil hak asuh atas Jefri. Hal ini dilakukan Hendra dengan merekayasa dokumen atas nama Vika dan mempergunakannya untuk memproses perceraian lalu menghilang tanpa kabar (hal. 1-20).

Selama 2 tahun, Vika tak bisa bertemu dengan Jefri hingga akhirnya dia beroleh kabar anaknya berada di Bogor. Tanpa pikir panjang, Vika mengambil Jefri tanpa izin Hendra. Akibatnya, dia dipolisikan. Beruntung, Vika tak dipenjara (hal 21-42). Setelah kejadian itu, Jefri dikirim ayahnya ke Singapura untuk bersekolah .

Naluri sebagai ibu menuntun Vika menemukan Jefri di negeri merlion. “Aku kan ibunya. Aku rindu pada anakku dan ingn bertemu dia,” ucap Vika (hal. 44). Dia rutin menemui Jefri dengan sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan Hendra. Jauh di lubuk hatinya, Vika tetap berharap suatu saat nanti mereka bisa berkumpul kembali.

Lain lagi cerita Veny dalam cerpen Perempuan Kedua. Kehidupan susah yang dijalaninya, membuat Veny bertekad untuk mengubah kehidupan sosial keluarganya. Berbekal kecerdasan dan pribadinya yang supel, perempuan muda itu mendapatkan pekerjaan sebagai staf keuangan di sebuah toko material di Jakarta. Karena kejujurannya, tak butuh waktu lama bagi Veny untuk menjadi orang kepercayaan James, sang pemilik toko (hal. 55-60). Veny pun tahu, kalau pria beristri itu diam-diam menaruh hati padanya (hal. 62).

Terdorong kebutuhan hidup yang makin mencekik, Veny gelap mata dan menerima ajakan terlarang James. Akibat hubungan gelap mereka, Veny pun hamil (hal. 63). “Aku akan bertanggung jawab,” kata James galau, setelah mereka bertengkar hebat. Akhirnya pernikahan rahasia pun dilangsungkan. Veny menyandang gelar sebagai istri kedua. Kondisi ini berlangsung bertahun-tahun hingga anak mereka beranjak besar (hal. 63-72).

Belum genap usia pernikahan mereka yang kelima, hubungan James dan Veny mulai renggang. James memilih kembali pada istri pertamanya dan menceraikan Veny. Malangnya, status pernikahan mereka yang tidak resmi, membuat Veny harus kehilangan hak asuh atas anak semata wayangnya. Apalagi dari segi penghasilan, Veny jauh di bawah James (hal. 73-76). Kini, perempuan itu harus rela berpisah dari Jason, anaknya, dan menjalani hidup seorang diri. Tapi hati kecilnya terus berharap bisa berkumpul kembali dengan anaknya suatu hari nanti.

Pesan moral buku ini, agar perempuan tetap tegar dan kuat menjalani hidup berumah tangga. Keinginan yang belum kesampaian, hendaknya tidak menghilangkan harapan dan keyakinan pada Tuhan.

Over all, buku ini recommended deh. Terutama untuk perempuan-perempuan yang sering m erasa ciut nyali ataupun galau. Membaca buku ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas apapun yang kita miliki karena masih banyak perempuan lain yang mungkin nasibnya nggak sebaik kita. Kalau teman-teman mau punya buku ini juga, bisa langsung hubungi Bunda Ina di FB-nya:  Ina Aie Tanamas.

 

Stay smart and be happy ya Moms!

bety kristianto